Pagi ini.
Lapar.
Ups, harus masak sendiri, Alfa Beta dan istri sedang liburan.
Matikan rice cooker/warmer, buang sisa nasi yang hampir kering karena lupa sebelum tidur gak kucabut stop kontaknya. Cuci wadah beras, tambahkan beras, beres.
Eit, jangan lupa pasang saklar di posisi cook, nah itu dia, led berwarna orange.
Sambil nunggu nasi matang, bikin lauk dulu.
Kulkas kosong, ehm
Sudah lama tak bersepeda pancal. Turun ke pasar kaget di daerah pabrik bawah sana sekitar tiga kilo.
Di tengah jalan barus sadar. Salah strategi, karena nanti baliknya harus mengayuh di jalan NAIK dalam keadaan lapar DAN bawa belanjaan.
Kesalahan kedua, hari ini tanggal merah, pabrik libur, dan banyak yang tidak jualan, walah, padahal sudah berencana ke stand mbak cantik penjual ayam yang di depan pabrik rokok Gandum itu.
Syukur masih ada dua penjual sayur yang buka, memang rumah mereka di situ sepertinya.
Ku berhenti di paling ujung, yang paling sepi, malas antri, heheh…
“Napa mas?”
“Cambah niki sak kresek pintenan bu?”
“Wolu setengah mas”
“Nggih pun, kalih tigan sak kilo”
“Napa malih?” sambil ambil telur pre-scaled satu kilo, :) .
“Lek lombok pintenan bu?”
“Lha tumbas pinten? Sewu? Rong ewu? Seprapat?"
“Kalih ewu mawon"
“Nggih “ sambil ambil cabe, dimasukkan ke tas kresek kecil. "Sak niki napa-napa mundhak mas"
Sambil nunggu ibu penjual sayur “ngadahi” cabe, mata saya men-sweeping jualannya. Ada pare yang biasanya langsung kubeli tapi sedang tidak mood tok makan pahit, tempe, kemarin yang kubeli sepulang ngampus bareng tahu belum sempat kugoreng, bawang merah ….
“Brambang niki pinten bu? “
“Sing ageng napa alit? niku nem setengah, sing alit nem ewu"
“Ingkang ageng lek ngoten, cek gampang ngonceki, heheh…” si ibu juga ikut tertawa
“Wah, ngoten tah, lha mesisan sing oncekan mawon mas, nemsetengah tapi alit”
“Wonten tah? Nggih pun, sing oncekan mawon”
“Heheh…"
...
“Napa malih?”
“Sampun”
Setelah beberapa saat ngitung
“Tigangdasa kalih mas, wis tigang dasa mawon”
“Wah, suwun bu” sambil ambil dompet, kuulurkan lima puluh ribu
“Sadeyan to mas? “ Tanya si ibu penjual sambil tangannya merogoh laci mencari-cari kembalian.
“Walah mboten, niki teng griya lagi sepi. Liburan teng mbahe sedaya”
“Oalah, teng pundi?” tanya si ibu sambil mengulurkan sepuluh ribuan dua
“Kediri bu, suwun”
“Nggih, suwun"
Rupanya porsi belanjaanku sama dengan porsi kulakan tukang sayur, :)
No comments:
Post a Comment