Kegiatan akhir pekan, :)
Thursday, January 28, 2016
Budaya
Pagi.
Alfa, Beta dan ibuknya sudah berangkat.
Kututup semua pintu depan.
Naik ke loteng.
Nyalakan macbook. Hari ini ingin belajar pattern drum jazz-bossa atau swing tapi yang open handed, koordinasi kaki-tangan-ku masih kacau untuk genre ini.
Kucari lagu-lagu Laura Fygi.
Nemu yang lumayan cocok, All of Me.
Putar.
Loncat ke kursi drum, selagi masih intro bass.
Suara alto Laura mulai masuk.
Siap-siap, stik di tangan, drum akan masuk dalam tiga, dua , satu, ...
"dung, blang gen tak tung dung, blang gentak tung dung ..."
....
Suara campursari model koplo masuk ke telinga dengan kekuatan seperti tetangga yang punya hajat nikahkan putrinya.
Eh, tunggu...
Memang ada tetangga yang nikahkan putrinya. Dan itu hari ini, walah.
#####
Telentang di karpet,.
Stik drum tersisa satu, entah di mana pasangannya.
Teriakan Laura Fygi yang biasanya bergema di kamar atas kalah dengan "Lingsir Wengi" yang dilanjut dengan "Burung dalam sangkar" nya Panbers yang dilanjut dengan "Manusia Biasa" Radja. Entah bagaimana si juru sound bisa memiliki playlist ajaib macam itu.
Tentu saja speaker mungil 3 Watt di kamarku tak bakal bisa mengimbangi tumpukan cabinet 5000Watt yang volumenya di-set maksimal.
Mandi aja. Mengistirahatkan telinga di kampus.
Lah, pas di kamar mandi, suara sound system tetangga lambat laun dikecilkan dan akhirnya mati, weleh.
OK, gakpapa. Teruskan mandinya.
Selesai mandi. Nyalakan lagi Laura Fygi. Stik satunya ternyata menggelinding ke bawah sofa, tak masalah, vokal masuk, dan drum masuk dalam tiga, dua, satu...
Dok dok dok, kulonuwun.
:(
Tetangga memintaku datang ke rumahnya, kenduri. Standart rutin acara pengantin di sini.
Rupanya itu yang bikin suara musik berhenti.
Gak bisa pura-pura tidak ada di rumah, sepeda motorku kuletakkan di luar.
Gagal nge-drum lagi.
Untung sudah mandi, cuma perlu pakai celana yang "pantas", tak sampai semenit aku sudah di rumah tetangga. Terlambat beberapa detik, kudengar tetangga lain yang diundang sedang menjawab salam dari pemimpin doa.
Hiburanku pagi ini adalah, doanya dilantunkan dalam bahasa jawa kuno, bahasa yang familier bagiku, dan sudah lama tak kudengar, sejak lulus SMU.
Dan doa itu lama sekali, sangat menyenangkan, aku tahu artinya hampir keseluruhan sedangkan tetangga lain memiliki tatapan kosong dan mengucapkan "nggih", pengganti "amin", dalam timing yang kurang tepat. :)
Memang, aku tahu bahasa jawa klasik, tetapi aku tidak bisa membungkus nasi golong kenduri. Dari dulu selalu dibungkuskan orang.
Lha sekarang ini, semua celingak-celinguk, karena gak ada yang tahu caranya.
Akhirnya, dengan sedikit improvisasi, jadilah ini, :)
Monday, January 25, 2016
Akhir
Tarik napas....
Satu.
Dua.
Tiga.
Keluarkan...
###
Nun di atas sana, di dimensi yang hanya terlihatt sang Mata, Ishtar sang Dewi kesuburan tersenyum. Dia telah melakukan tugasnya, membawa cinta ke mereka, dan perang. Gio dan Diva di sampingnya
Seperti mata uang. Tak laku jika cuma ada satu sisi.
Seperti Gio dan Diva. Jika satu lenyap, satunya akan mencari hingga pelosok rimba terdalam.
Cinta dan perang, terlihat bertentangan.
Keduanya adalah Ishtar.
###
Hening.
Bahkan Alfa pun terlelap.
Hanya Bodhi yang terjaga, menatap damai ketiga teman gugusnya.
###
"Cuma gitu doang?" Dimas protes, berusaha merebut wireless keyboard dari pangkuan Reuben.
"Gak boleh, aku ingin endingnya kayak gitu, elegan..."
"Elegan apaan, tuh super menggantung. Sudah capek-capek membangun plot dan banyak twister, cuma diakhiri dengan keheningan, gak bisa..."
"Kan karakter Bodhi juga khas gitu, diakhiri dengan pesta? Malah gak banget, Bodhi gak punya tempat"
"Halah, kamu memang naksir Bodhi dari dulu, padahal itu ciptaanku kan"
"Jangan mengalihkan topik, endingnya harusnya..."
###
Sudah banyak kertas tempelan tercoret.
Dinding yang setahun ini penuh dengan kertas plot lambat laun mulai bersih, sudah pindah ke MacBook.
Satu kertas belum terlepas, bahkan belum ada tulisannya. Cuma kata #Ending tanpa isi.
Dewi Lestari, si empunya kertas, sedang sibuk bikin roti.
Satu.
Dua.
Tiga.
Keluarkan...
###
Nun di atas sana, di dimensi yang hanya terlihatt sang Mata, Ishtar sang Dewi kesuburan tersenyum. Dia telah melakukan tugasnya, membawa cinta ke mereka, dan perang. Gio dan Diva di sampingnya
Seperti mata uang. Tak laku jika cuma ada satu sisi.
Seperti Gio dan Diva. Jika satu lenyap, satunya akan mencari hingga pelosok rimba terdalam.
Cinta dan perang, terlihat bertentangan.
Keduanya adalah Ishtar.
###
Hening.
Bahkan Alfa pun terlelap.
Hanya Bodhi yang terjaga, menatap damai ketiga teman gugusnya.
###
"Cuma gitu doang?" Dimas protes, berusaha merebut wireless keyboard dari pangkuan Reuben.
"Gak boleh, aku ingin endingnya kayak gitu, elegan..."
"Elegan apaan, tuh super menggantung. Sudah capek-capek membangun plot dan banyak twister, cuma diakhiri dengan keheningan, gak bisa..."
"Kan karakter Bodhi juga khas gitu, diakhiri dengan pesta? Malah gak banget, Bodhi gak punya tempat"
"Halah, kamu memang naksir Bodhi dari dulu, padahal itu ciptaanku kan"
"Jangan mengalihkan topik, endingnya harusnya..."
###
Sudah banyak kertas tempelan tercoret.
Dinding yang setahun ini penuh dengan kertas plot lambat laun mulai bersih, sudah pindah ke MacBook.
Satu kertas belum terlepas, bahkan belum ada tulisannya. Cuma kata #Ending tanpa isi.
Dewi Lestari, si empunya kertas, sedang sibuk bikin roti.
The Sarcastic Magnus, :)
“I was proud that the four of us responded as a team. In perfect unison, like a well-oiled combat machine, we turned and ran for our lives.”
Excerpt From: Riordan, Rick. “Magnus Chase and the Sword of Summer.”
Saturday, January 23, 2016
Joke Agreement, :)
Among musicians, there's often silent agreement about joke or not. Just like this (I got it at the comment on Scott's Bass Lesson in Youtube)
They're having fun and not offended at all. I like this.
Friday, January 22, 2016
Mulai nge-Mix Lagi
Nge-track lagu lamaku yang hilang.
Dulu menggunakan gabungan Cool Edit Pro (Windows), Fruity Loop (Windows), Audacity (Linux), dan Hydrogen (Linux).
Sekarang full menggunakan GarageBand.
Judulnya Entahmengapadiriinimenjaditakberdayasaatkautiadalagidisisiku.
Masih dalam tahap membuat ketukan dan MIDI section.
Gitar dan vokal belum ada,
Dulu menggunakan gabungan Cool Edit Pro (Windows), Fruity Loop (Windows), Audacity (Linux), dan Hydrogen (Linux).
Sekarang full menggunakan GarageBand.
Judulnya Entahmengapadiriinimenjaditakberdayasaatkautiadalagidisisiku.
Masih dalam tahap membuat ketukan dan MIDI section.
Gitar dan vokal belum ada,
Thursday, January 21, 2016
Legal
Saya penasaran apakah share tentang jus kulit apel, sawo, durian atau "cara meregenerasi" gigi, atau mencegah serangan jantung dengan rutin minum es kulit lemon di pagi hari itu legal, apakah itu tidak termasuk mallpraktek? Karena jika saya melakukan apa yang diminta oleh share terakhir, maka akan sangat mungkin dipastikan saya bakal berakhir di rumah sakit.
Banyak sekali share/tips/berbagi di grup-grup percakapan, media sosial, blog, ...
Tentu saja itu bagus, tetapi apakah sudah pasti aman untuk dilakukan?
Saya seringkali membaca artikel yang di-posting ternyata adalah hoax. Lebih parah lagi, ketika kita memberitahu bahwa itu berita palsu, si pen-sharing malah kadang tersinggung dan menulis "saya hanya ingin berbagi kebaikan, apakah salah?". Lihat bahwa yang men-sharing pun tidak mengerti konsep hoax.
Pertahanan terbaik untuk hal-hal tidak jelas seperti di atas agar tidak menghancurkan diri-sendiri adalah dengan berhati-hati. Jangan minum air rendaman tembakau, jangan minum cuka secara langsung, jangan melakukan sesuatu yang tak masuk akal meski itu demi kesehatan,..., kita tak akan bisa menuntut siapapun jika terjadi hal-hal yang tak diinginkan.
Hati-hati, ...
Jungle Snare, Reggae and Open Handed Practice
I'm guitarist, :)
Just practicing hand-foot coordination with open handed playing. It's terrible of course, :).
The paradox I just found is I never like my main snare sound. But after I got the jungle snare (with a lot cracking and popping sound), I realized that my main snare sound is cool, for me, :P.
I used Bruno Mars "The Lazy Song" as backtrack.
Wednesday, January 20, 2016
Tuesday, January 19, 2016
A Little Upgrade
Just got the jungle snare. A little 10 inch beast it is.
Been searching for two full years (exactly, I started to hunt it after watching X-Mas rendition using this jungle snare).
Of course it available online everywhere, except Indonesia.
There's one online shop, but when I ordered it (and pay it without thinking), it turned out that the stock is unavailable.
:(
Keep searching...
I accidentally opened some web page selling sport and music equipment. And it happened that this jungle snare is there. Maybe there's no one know it because it has no picture of it in the display, just blank white with serial code of it.
Having searched it for two years, I know that's the one I've been looking for.
And it out of stock.
So I emailed the owner of the shop, ask if it could be preordered because I read that the shop is officially affiliated with Sonor.
They promised will get the snare for me. But before it happened, the representative of the shop emailed me to inform that there one old stock at their display (offline shop) at the mall, at discount price!!! She asked me if I want to buy that instead, of course...
So, here is my 'new' mini setup. If you wonder what the big tom at the left doing, I play drum with open and close handed with same portion.
Thursday, January 14, 2016
Cajon
Untuk tempat duduk, nyaman.
Untuk menyimpan kabel-kabel, tak akan terpuntir-puntir di dalam tas saat berangkat ke tempat pementasan.
Untuk tempat pedal efek gitar jika ada.
Dalam posisi miring sangat ideal digunakan untuk meja lesehan saat menulis .
Tempat sandaran gitar.
Tempat kopi, gula, sendok, cangkir, jika berencana nge-jam sambil ngopi di suatu tempat. Hal ini juga menjadi nilai plus karena kopi menyerap kelembaban sehingga cajon tetap kering dan nyaring.
Tempat menyimpan stik drum.
#edisiError
Monday, January 11, 2016
Thank's to Thief
Hari masih pagi.
5.30
Belum sempat nyanyi lagu 'siapa mau mandi sama ayah' (bikin lirik sendiri dari lagu 'if you happy and you know it') eh Alfa minta mandi duluan, sepertinya biar bisa main truk-kecebur-laut lebih lama.
Beta main iPad, ibuk menggoreng ikan paus (kata adek).
'Ayah, ayah mandi bareng sama mas Yayan' kata Alfa.
'OK', tutup kamar mandi, mandi juga. Loh, apa nggak sempit ada bak mandi Alfa? Gak juga, bak mandi Alfa, truk dan segala pelabuhan serta jalan kereta api ada di luar kamar mandi, ...
Katanya mandi bareng? Memang,
Mandi bareng tak harus berada di tempat yang sama kan? :)
Selagi proses sabunan adik teriak-teriak
'Ibuk..., iPad...'
(hm, bukannya adek tadi main iPad?)
'Tunggu dulu dik, ibuk masih goreng ikan'
'Ibuk..., iPad...'
'Iya, tunggu sebentar ini ibuk masih menggoreng, lihat ini, nih ibuk goreng ikan'
'Ibuk, adek mau ikan'
'iya, ambil satu, awas masih panas'
Selesai mandi, Alfa juga minta pake handuk, mandinya juga diakhiri. Membantu Alfa mengenakan baju Thomas and Friend, sisiran, bedakan, pake sendal jepit warna pink dan mengantar ke rumah budhe tuk diantar ke sekolah.
Alfa sudah beranjak dari kamar ke pintu depan yang terbuka.
'Cepat tutup pintu ayah, adik selak ikut keluar'
Yup, dia berangkat ke sekolah dengan kostum seperti itu; gak mau pake seragam, juga sepatu.
'Ndak mas, adik mau mandi kok, '
Kugendong Alfa ke rumah budhe.
Kembali dari rumah budhe, ternyata adek masih heboh minta iPad.
Lha memang tadi ditaruh mana dek?
Adek sepertinya bingung njawabnya, cuma menunjuk jalan.
Hah? Dia taruh iPad di jalan?
"Di sana yah" sambil nunjuk tempat dia biasa duduk main bambu air (tanpa iPad)
Lha nggak ada gitu lho.
"Loh, sudah diambil ayam" kata Adek
....
Dan serasa dapat pencerahan...
"Dek, tadi iPadnya dipinjam?"
"Iya"
"dipinjam siapa?"
"Pak Pak" (itu adalah sebutan Alfa Beta untuk orang dewasa tak dikenal)
iPadnya hilang dirampas orang. Sejak tadi adek berusaha untuk memberitahu, tapi belum punya kosakata yang lengkap untuk menceritakan. ("Ibuk, iPad..." mungkin maksudnya adalah "Ibuk, iPadnya di ambil orang")
Jam 5.30
Dan kami langsung lemas, melihat kemungkinan bahwa bisa saja Beta yang hilang.
Thanks to thief for not take our daughter.
Kembalian
Ada dua kejadian sedikit mengganjal yang biasa saya alami namun sering berulang sehingga ganjalannya semakin menumpuk dan akhirnya tumbanglah tumpukan itu.
Pertama adalah es degan bakar.
Es, ok sudah tahu.
Degan? Itu kelapa muda.
Bakar? Yup kelapa muda tersebut dibakar dulu sebelum dikupas.
Bagaimana hasilnya? Kelapa muda yang dibakar kemudian disajikan dengan es?
Well, saya lebih suka kelapa muda yang tidak dibakar, dengan atau tanpa es.
Ganjalannya bukan di situ. Ketika saya masih hampir tiap minggu melakukan perjalanan pulang pergi ke jogja naik motor, saya kadang-kadang mampir tuk beli es degan bakar tanpa dibakar. Ada satu warung langganan saya.
Bukan karena warung terkenal atau dapat tips dari teman, namun karena warung itu selalu sepi sedangkan yang lain kebanyakan ngantri tuk menikmati kelapa mda yang dibakar dan di kasih es.
Selalu sepi tiap saya lewat daerah es degan bakar situ, dan akhirnya saya selalu ke warung itu.
Lha mana ganjalannya? Tak ada yang mengganjal, sepertinya itu cerita yang sangat normal.
Nah, setiap saya selesai dan membayar, si pemilik warung selalu tidak punya kembalian yang pas. Sehingga saya selalu diberi kerupuk sebagai ganti kembaliannya.
Satu kali, ok. Mungkin karena warung memang sepi.
Dua kali, dapat kerupuk lagi.
Tiga kali, kerupuk (sepertinya ini kerupuk minggu lalu yang gak laku-laku).
Well, saya gak suka kerupuk. Lagipula, mana ada orang setelah minum es baru makan kerupuk?
Keempat, ..., kubayar dengan uang pas. Eh malah ditawari kerupuk.
Ok, gak lagi ke tempat itu. Dan karena yang lain selalu ngantri, gak pernah lagi beli es degan bakar tanpa dibakar.
Kehilangan satu pelanggan karena tak punya kembalian.
Ehm, mungkin kehilangan semua pelanggan (yang jumlahnya cuma satu).
Mungkin dulu ada pelanggan lain yang lari karena hal yang sama.
Mungkin juga warung itu sepi karena kerupuk.
....
Yang kedua bukan karena kerupuk, karena kerupuk merupakan bagian dari paket sate langganan.
Entah kenapa harga sate di sini selalu nanggung sehingga meski saya beli satu porsi atau dua porsi, jumlah uang besar yang saya berikan selalu memiliki kembalian dua ribu atau seribu.
Dan selalu tidak ada kembalian sehingga penjual berinisiatip untuk "kembaliannya saya bawa dulu ya".
Namun jika saya beli ke tempat itu lagi, "tabungan" saya tidak pernah dihitung.
Tentu saja dengan sedikit ribut saya akan bisa mendapatkan hak saya, namun ada energi, emosi dan tekanan darah yang teraduk-aduk. Jadi biarkan saja.
Tentu saja sedapat mungkin saya selalu mengusahakan untuk tidak beli di situ. Kalaupun terpaksa, saya selalu membawa uang pas, meskipun dengan tambahan tumpukan koin receh.
Saya bukan lagi pelanggan setia di situ. (Saya pelit, :P )
Akhirnya sepi juga.
Hal kecil yang ditumpuk memang bisa fatal.
Tentu saja di sisi lain. Jika kita awalnya hanya memperhitungkan barang dagangan sebagai modal usaha, kita juga perlu menambah "persediaan uang kembalian" sebagai faktor yang penting juga. Pastikan kita selalu punya uang kembalian.
Ehm, satu hal lain. Selama saya beberapa tahun di Jogja, sekecil apapun, saya selalu menerima uang kembaliaan (bukan permen atau kerupuk, atau entah apa itu), meski itu seratus rupiah, di toko atau warung manapun, baik toko besar ataupun kecil. Itu sangat mengesankan.
Prasangka/Prospek/Prevent?
Pernah menerima broadcast tentang kecelakaan?
Dengan korban kritis tak sadarkan diri dan telepon genggam tak dapat diakses karena berpassword, yang kita tahu hanya nama dan alamat seadanya dari KTP. Biasanya broadcast tersebut memang dirancanc untuk disebar seluas-luasnya dengan harapan salah satu penerima pesan merupakan kenalan si korban dan segera mengambil tindakan yang diperlukan (menghubungi keluarga, ke rumah sakit, dsb)
Bagaimana jika korban tersebut adalah kita? Semoga tidak terjadi. Tentu saja kita harus bersiap untuk keadaan seperti itu.
Pencegahan, tambahkan nomor hp kita dan keluarga di dompet. Agar penolong tahu siapa yang harus dihubungi. Kelemahan model seperti ini, jika dijambret tentu saja pencopet juga tahu nomor kita dan keluarga.
Perlu kata kunci atau perjanjian dengan keluarga jika sewaktu-waktu ada keluarga ditelepon tentang keadaan kita. Catat nomor telepon kost dan nomor hp beberapa teman dekat dan letakkan di rumah di mana semua anggota keluarga tahu untuk cross-check (jangan ditaruh di dompet)
Tentu saja broadcast seperti itu juga menjadi bahan ide untuk penjahat yang kreatif.
Bagaimana jika kita dalam posisi penerima broadcast tersebut dan ingin untuk menolong, namun was-was kalo itu adalah modus penipuan?
Mudah mengidentifikasi penipu atau bukan. Penipu akan minta untuk jangan menelepon atau menghubungi polisi.
Penipu akan minta untuk menghubungi nomor hp tertentu (yang sewaktu-waktu dapat dibuang), bukan nomor instansi semacam rumah sakit atau kepolisian.
Penipu juga akan jelas-jelas meminta untuk transfer sejumlah uang, mungkin dengan beberapa alasan yang logis walaupun berputar-putar.
Konsisten
Sudah sepuluh tahun sejak terakhir kali menyusuri jalanan di Sawojajar
Segalanya masih tampak sama, tentu saja dengan upgrade di sana-sini, tapi feel Sawojajar yang kurekam bertahun-tahun lalu tetap sama dengan yang terasa sekarang
Jalan yang kebayakan dilapisi paving kecuali jalan besar yang beraspal mulus
Perempatan yang hampir ada tiap limapuluh meter. Papan-papan nama jalan "Danau ..."
Perasaan familier yang sama: "Jangan-jangan kesasar ke Wendit, atau balik lagi ke pintu masuk depan atau ke kuburan Buring..." masih terasa.
Yeah, semua masih sama.
Juga kemacetan di Ranu Grati, meski ada peningkatan sedikit. Jumlah kendaraan yang makin membludak menyebabkan antrian di lampu merah dekat jalan masuk yang dulu paling parah dimulai dari jembatan, kini sudah dimulai sejak pompa bensin (yang dulu sering kusinggahi tuk mengisi bensin karena banyak mbak cantik yang bertugas di situ).
Hawa panas antrian masih terasa sama.
Ups, ada yang beda sedikit.
Karena dulu belum ada, maka dulu tidak akan merasakan sensasi ketika sedang asyik ngantri lampu merah sambil menekuk muka tiba-tiba jari-jari kaki terlindas becak motor yang nekat menerobos.
Dulu belum ada becak motor, bisa menunggu lampu merah sambil menyanyi atau mengumpat hawa panas dengan tenang.
(masih sakit)
Wednesday, January 6, 2016
All of Me
All of me, why not take all of me?
Can't you see I'm no good without you?
Take my lips, I want to lose 'em
Take my arms, I'll never use them
Your goodbye left me with eyes that cry
How can I go on, dear, without you?
You took the part that once was my heart
So why not take all of me?
Come on and take, take all of me
Disse alguém que há bem no coração
Um salão onde o amor descança
Ai de mim que estou tão sozinho
Vivo assim, sem esperança
A implorar alguém que não me quis
E feliz, bem feliz seria
Coração meu, convém descansar
Soluçar mais devagar
Disse alguém que há bem no coração
Um salão, um salão dourado onde o amor sempre dança
Ai de mim que só vivo tão sozinho
Vivo assim, vivo sem ter um terno carinho
A implorar alguém que não me quis
E feliz então eu sei, bem sei que não mais seria
Meu, meu coração sem esperança
E vive a chorar, soluçar
Como quem tem medo de reclamar
(Laura Fygi "Disse Alguem (All Of Me)")
Salut (Lagi)
Lewat pertigaan antara Dieng dan Galunggung?
Di sana ada seorang bapak supeltas yang mengatur kendaraan yang mau menyeberang atau mau terus.
Beda dengan supeltas lain (mungkin ada yang lebih familier dengan sebutan "Pak Ogah", cepek?), bapa supeltas yang ini jarang menggunakan peluit. Hebatnya, jarang ada yang tidak patuh.
Mungkin karena gerakannya yang energik, mungkin karena gerakannya yang sopan (gesture-nya sangat "beda" sekaligus menghibur), mungkin karena tidak pernah teriak atau mengumpat, mungkin karena tegas namun ramah (jika ada yang nekat mau menerobos beliau dengan tegas pasang badan sambil bilang "sabar nggih, sabar...")
Apapun, sungguh menyenangkan melihat pemandangan itu di pagi hari.
(Mungkin karena gerakan yang energik, atau mungkin karena lalu lintas sudah lengang, jam 9 pagi sudah tidak di situ)
Di sana ada seorang bapak supeltas yang mengatur kendaraan yang mau menyeberang atau mau terus.
Beda dengan supeltas lain (mungkin ada yang lebih familier dengan sebutan "Pak Ogah", cepek?), bapa supeltas yang ini jarang menggunakan peluit. Hebatnya, jarang ada yang tidak patuh.
Mungkin karena gerakannya yang energik, mungkin karena gerakannya yang sopan (gesture-nya sangat "beda" sekaligus menghibur), mungkin karena tidak pernah teriak atau mengumpat, mungkin karena tegas namun ramah (jika ada yang nekat mau menerobos beliau dengan tegas pasang badan sambil bilang "sabar nggih, sabar...")
Apapun, sungguh menyenangkan melihat pemandangan itu di pagi hari.
(Mungkin karena gerakan yang energik, atau mungkin karena lalu lintas sudah lengang, jam 9 pagi sudah tidak di situ)
Tuesday, January 5, 2016
Senjata paling ampuh menghadapi tukang debat adalah diam.
Lihat, jika kita berusaha mengimbangi atau mematahkan argumen dia, kemungkinan besar akan kalah.
Ada kemungkinan kecil kita bisa mengalahkan dia dalam debat, tetapi apakah sepadan dengan waktu yang habis dan tenaga yang terkuras? Mungkin tidak.
Hal yang paling hemat energi dalam situasi debat yang menurut kita gak begitu penting adalah diam.
Pendebat akan capek sendiri.
Bagaimana jika pendebat ngotot minta kita njawab pertanyaan-pertanyaan pancingan dia? Pertanyaan-pertanyaan yang jika dijawab akan membuka pintu debat lebar-lebar
Dalam situasi ini kita perlu, menambahkan energi sedikit untuk berpikir, sebenarnya apa maunya dia? Dia suka jawaban apa? Dia setuju tentang apa?
Nah, jika menemukan jawaban, jawab pertanyaan-pertanyaan pancingan/jebakan dengan jawaban yang tidak mungkin didebat. Jawaban-jawaban yang menunjukkan bahwa kita setuju sepenuhnya dengan dia (walaupun kenyataannya lain).
Nah, dengan jawaban semacam itu, kemungkinan besar kita akan segera lepas dari dia. Apalagi yang akan didebat jika kita sepenuhnya setuju dengan dia? Yup, jangan beri bahan bakar dan amunisi untuk bahan debat dia.
Tentu saja semua saran di post ini bisa dibalik jika kita ingin efek sebaliknya (misal ketika tiba-tiba kita ingin berdebat habis-habisan dengan seseorang).
Selamat mencoba, :)
#edisiError
Sosialisasi
Internet membuat kita dapat berkomunikasi walau jarak berjauhan. Ingin ngobrol tapi jarak ribuan kilo? Tinggal buka Facebook, Skype, Line, WhatsApp, .... Aplikasi-aplikasi berlomba-lomba untuk menyuguhkan fitur yang diinginkan pengguna sekaligus menyingkirkan fitur yang dianggap merepotkan.
Masih ingat Koprol? Platform media sosial berbasis lokasi buatan Indonesia yang diakuisisi Yahoo? Yeah, mungkin ada yang malah baru dengar sekarang.
Kenapa tidak begitu bisa bersaing? Begini, Koprol memiliki fitur semacam check-in ke suatu tempat sehingga bisa mengobrol dengan orang orang di tempat tersebut. Misal check-in ke sebuah kampus, kafe atau sekedar tempat pemancingan.
Awalnya memang tampak menjanjikan, kita bisa dapat kenalan baru atau ngobrol dengan teman yang berada di tempat yang sama.
Eh, tetapi fungsi lokasi Koprol agak kurang dapat diterapkan, mungkin karena dia lahir prematur. banyak pengguna Koprol yang menggunakan komputer/laptop sehingga check-in ke sebuah loasi dilakukan secara manual, hal yang aneh karena kita bisa saja check in ke sebuah kafe padahal kenyataannya sedang di kamar kost.
Bagaimana dengan pengguna smartphone? Saat Koprol rilis, masih jarang ada smartphone degan fungsi lokasi (GPS, aGPS, ...); fitur check-in tetap dilakukan secara manual.
Ada satu yang mungkin meleset juga dari tujuan internet atau sosial media (menghubungkan dua orang yang berjauhan secara maya). Jika kita berada di lokasi yang sama, kenapa harus ngobrol secara online? :)
(Tentu saja sekarang banyak pasangan atau serombongan sahabat yang duduk di meja kafe dan asyik dengan gadget-nya masing-masing tapi itu soal lain)
Mungkin juga timing kelahiran yang terlalu cepat sehingga Koprol kurang banyak peminat (atau banyak peminat namun tak punya sarana). Dan seingat saya fitur check-in koprol tidak dapat otomatis: misal datang ke sebuah warung dan Koprol otomatis check-in di situ, atau setidaknya menawarkan untuk check-in. (Belakangan fitur ini muncul di aplikasi FourSquare).
Atau...
(abaikan)
(gak penting)
#edisiError
Masih ingat Koprol? Platform media sosial berbasis lokasi buatan Indonesia yang diakuisisi Yahoo? Yeah, mungkin ada yang malah baru dengar sekarang.
Kenapa tidak begitu bisa bersaing? Begini, Koprol memiliki fitur semacam check-in ke suatu tempat sehingga bisa mengobrol dengan orang orang di tempat tersebut. Misal check-in ke sebuah kampus, kafe atau sekedar tempat pemancingan.
Awalnya memang tampak menjanjikan, kita bisa dapat kenalan baru atau ngobrol dengan teman yang berada di tempat yang sama.
Eh, tetapi fungsi lokasi Koprol agak kurang dapat diterapkan, mungkin karena dia lahir prematur. banyak pengguna Koprol yang menggunakan komputer/laptop sehingga check-in ke sebuah loasi dilakukan secara manual, hal yang aneh karena kita bisa saja check in ke sebuah kafe padahal kenyataannya sedang di kamar kost.
Bagaimana dengan pengguna smartphone? Saat Koprol rilis, masih jarang ada smartphone degan fungsi lokasi (GPS, aGPS, ...); fitur check-in tetap dilakukan secara manual.
Ada satu yang mungkin meleset juga dari tujuan internet atau sosial media (menghubungkan dua orang yang berjauhan secara maya). Jika kita berada di lokasi yang sama, kenapa harus ngobrol secara online? :)
(Tentu saja sekarang banyak pasangan atau serombongan sahabat yang duduk di meja kafe dan asyik dengan gadget-nya masing-masing tapi itu soal lain)
Mungkin juga timing kelahiran yang terlalu cepat sehingga Koprol kurang banyak peminat (atau banyak peminat namun tak punya sarana). Dan seingat saya fitur check-in koprol tidak dapat otomatis: misal datang ke sebuah warung dan Koprol otomatis check-in di situ, atau setidaknya menawarkan untuk check-in. (Belakangan fitur ini muncul di aplikasi FourSquare).
Atau...
(abaikan)
(gak penting)
#edisiError
Subscribe to:
Posts (Atom)
My sky is high, blue, bright and silent.
Nugroho's (almost like junk) blog
By: Nugroho Adi Pramono
323f
(5)
amp
(1)
android
(12)
apple
(7)
arduino
(18)
art
(1)
assembler
(21)
astina
(4)
ATTiny
(23)
blackberry
(4)
camera
(3)
canon
(2)
cerita
(2)
computer
(106)
crazyness
(11)
debian
(1)
delphi
(39)
diary
(286)
flash
(8)
fortran
(6)
freebsd
(6)
google apps script
(8)
guitar
(2)
HTML5
(10)
IFTTT
(7)
Instagram
(7)
internet
(12)
iOS
(5)
iPad
(6)
iPhone
(5)
java
(1)
javascript
(1)
keynote
(2)
LaTeX
(6)
lazarus
(1)
linux
(29)
lion
(15)
mac
(28)
macbook air
(8)
macbook pro
(3)
macOS
(1)
Math
(3)
mathematica
(1)
maverick
(6)
mazda
(4)
microcontroler
(35)
mountain lion
(2)
music
(37)
netbook
(1)
nugnux
(6)
os x
(36)
php
(1)
Physicist
(29)
Picture
(3)
programming
(189)
Python
(109)
S2
(13)
software
(7)
Soliloquy
(125)
Ubuntu
(5)
unix
(4)
Video
(8)
wayang
(3)
yosemite
(3)