...adalah berita, ya berita baik TV, web, atau cetak.
Bagaimana kita bisa mencegah akses ke konten vulgar jika konten-konten tersebut mudah sekali diakses.
Selain formalitas "klik jika anda 18+" yang tak berhasil mencegah anak di bawah umur mengakses konten eksplisit tentang seks, ada yang salah dengan manajemen konten.
Jika konten tentang hubungan seks yang baik diberi peringatan "18+", kenapa berita tentang pemerkosaan dan tentang pelacuran (gaya hidup, penangkapan, curhat) tak diberi label sama sekali?
Padahal justru konten-konten tersebut terkadang sangat detil menjelaskan proses perkosaan, perselingkuhan, gaya hidup penjaja seks termasuk cara-cara membooking mereka.
(Sekarang di web sedang ramai berita tentang seorang tante yang memperkosa 6 remaja, lengkap dengan detil cara tante tersebut melakukannya. Tak ada label "18+" di konten ini, bebas dibaca siapa saja.
Sebelumnya ada konten berisi seorang mantan istri artis "diduga tidur dengan bule", tanpa label "18+". Lanjutannya adalah ternyata bule tersebut terpergok berciuman dengan wanita lain, lengkap dengan foto ciuman bibir [walaupun disensor], juga tidak ada label "18+" di konten ini.
Tidak lama sebelum ini juga ada berita tentang publik figur wakil rakyat yang terang-terangan selingkuh dengan publik figur wakil rakyat lainnya, masing-masing sudah menikah, dengan beberapa foto ciuman yang tersebar luas. Dan anehnya, pasasangan selingkuh tersebut justru diundang ke beberapa stasiun TV untuk jadi bintang tamu TalkShow. Meski tak ada konten porno secara eksplisit. Namun pesan moralnya menurut saya sangat mengkhawatirkan: "berarti perbuatan seperti itu tidak apa-apa, malah bikin terkenal"
Mundur beberapa waktu, publik figur tertangkap pesta narkoba. Waktu kejadian dini hari dan ada artis yang juga wakil rakyat sedang "berada" di situ. Publik figur tersebut sekarang bebas, tak ada sanksi, job tetap berlimpah dan kasus sepertinya terlupakan. Tak ada yang mempermasalahkan apa yang dilakukan wanita jam tiga pagi di rumah dia.
Agak lebih lama, seorang publik figur terekspos habis-habisan di berbagai media karena dua video rekaman pribadi adegan seks-nya dengan istri orang dan dengan pacarnya tersebar. Saya kira karirnya akan habis, tetapi ternyata justru karirnya aman-aman saja, justru sudah beberapa kali ganti pacar setelah kejadian itu.
Belum lama ini banyak konten yang mengupas detil tentang remaja abg yang dikenal sebagai cabe-cabean [sebelumnya bernama kimcil], lengkap dengan ciri dan cara mendekati serta menggunakan servis mereka, tempat-tempat mereka ditemukan dan tempat-tempat hotel yang meskipun di berita konteksnya adalah "razia" tetapi mengindikasikan bahwa tempat itu digunakan untuk membawa mereka
Juga beberapa saat sebelum acara penutupan lokalisasi, ada konten-konten tentang kehidupan penghuni lokalisasi, lengkap dengan segala detilnya.
)
Memang, sekilas konten-konten tersebut adalah berita kejahatan, berita tentang tindak asusila, berita tentang perselingkuhan. Namun di sisi lain, konten tersebut juga merupakan sumber informasi yang dapat digunakan sebagai acuan untuk melakukan apapun tergantung si pengakses konten.
Menurut saya justru ini dapat saja menjadi "acuan" atau dalam hal kejahatan yang tertangkap dapat menjadi "pelajaran" untuk memperbaiki "teknik" agar lolos dari jerat hukum.
Akan lebih baik jika berita-berita kriminal di TV ditayangkan tengah malam. Akan lebih susah melakukan sortir atau blokir di web, tapi setidaknya konten-konten eksplisit vulgar seperti ini seharusnya diberi label "18+", setara dengan konten tentang kosultasi seks (lihat, betapa tidak berbahayanya konten yang disebut belakangan :) )
No comments:
Post a Comment