Nugroho's blog.: Soliloquy
Showing posts with label Soliloquy. Show all posts
Showing posts with label Soliloquy. Show all posts

Saturday, March 16, 2019

Excited Through Indonesian General Elections.


Yeah, I can't wait to pass Wednesday on April 17th, 2019.

Why am I so enthusiastic? Am I sure that my chosen candidate'll wins?

No, Not because of that.

Bidadari Kesleo.

Saya suka lagu ini, sampai membuat cover tentang lagu ini beberapa kali. Yang terakhir  berformat full band jazz/swing instrumental.

Tentu saja saya sendiri yang memainkan semua alat itu. Selain karena tidak punya teman juga..., eh, apa ya? Pokoknya saya yang memainkan semua alat musiknya, :D

Pernah juga membuat cover lagu ini menggunakan Ditto Looper (video yang bawah). Instrumental juga.

Kenapa kok tidak nyanyi? Karena lirik lagu ini bikin otak saya geli.

Tuesday, April 18, 2017

Dewa.



Tentang religi, sepertinya @pitoyoamrih memang sangat berhati-hati sekali. Beliau menempatkan setting cerita bukan di dunia nyata kita (yang sudah penuh kontroversi religi), namun di dunia tersendiri yang bernama dunia wayang,  :)


Pun demikian, toh dewa-dewa di dunia wayang @pitoyoamrih tidak bertindak sebagai Tuhan, namun sebagai makhluk dengan tugas dan kemampuan khusus.

 

Bahkan di banyak cerita, para dewa ini cenderung  bertindak seperti oknum pejabat yang korup dan/atau sewenang-wenang sehingga perlu dilabrak oleh rakyatnya, :)



Sukati dan Penyukilan.


Akhirnya saya tahu yang ini. Lagi-lagi @PitoyoAmrih menambal lubang di kamus wayang saya. :) 

Kali ini tentang nama alias.

Saya sudah cukup akrab dengan nama alternatif di dunia wayang. Bahkan dengan beberapa gagrak yang berbeda.

Permadi, Pinten, Tangsen, Yayi Suni, kakang Suman, Bawor, Jaka Pitana, Suyudana, Jaladara, Kakrasana,...

Monday, April 17, 2017

Tak Terduga dan Menyenangkan.



Masih mbulet di buku @PitoyoAmrih, dengan gaya cerita beliau yang seperti orang ngobrol santai diantara teman.

Awalnya, saat memegang buku "Pertempuran Dua Pemanah. Arjuna-Karna" untuk pertama kali, saya sudah penuh dengan antisipasi bahwa ini bukan hanya tentang pertempuran dua orang itu.

Seperti di "Wisanggeni Membakar Api" atau "Antareja dan Antasena", saya menduga bahwa Pitoyo Amrih pasti akan menceritakan masa kecil Karna dan Permadi, yang memang dilakukan oleh beliau.

Namun ada tokoh "utama" lagi yang menyedot fokus saya yang disuguhkan beliau, ada pemanah lain. Adalah Ekalaya, Raden Bambang Ekalaya, raja Paranggelung, yang ternyata juga pemanah hebat. Yang sebelumnya hanya saya kenal sepintas lalu sebagai raja bergelar Prabu Palgunadi. Itupun, di otak saya, selalu tak lepas dari nama lain yang harus selalu hadir di imajinasi saya, meskipun saya tak tahu ada apa dengan dua nama tersebut. Nama itu adalah Palguna-Palgunadi.

Hal lain yang saya perhatikan adalah gaya bercerita Pitoyo Amrih di novel ini. Tadi sudah saya sebut bahwa beliau bercerita seperti ngobrol santai diantara teman. Ngobrol santai, tak ada jadwal, tak ada target, tapi tetap bikin nyaman. Bukankah itu tujuan santai diantara sahabat?

Ngobrol santai bagaimana? Yeah, saat kita ngobrol, saat kita sedang bicara tentang suatu topik, adakalanya topik itu merembet ke topik yang lain, yang juga merembet ke topik yang lainnya lagi, dan lainnya lagi, yang kemudian dengan santainya, mungkin sambil menyeruput kopi hangat yang tinggal separuh, kembali ke topik awal dengan mulus tanpa terkesan dipaksakan.

Hal itu terjadi di buku ini, betapa cerita masa kecil Karna tiba-tiba bergeser ke sayembara Kunti, geger Kangsadewa, dan kembali ke Karna lagi.

Saat ngobrol, kadangkala urutan kronologis juga sering tak beraturan. Kita bicara tentang kejadian hari ini yang merupakan akibat dari kejadian dua minggu yang lalu, yang direncanakan seminggu sebelum itu, berakibat dua minggu kemudian, dan akan kita lihat apakah besok ada akibat dari kejadian yang sekarang.

Hal yang sama saya kenali di buku ini saat tiba di bagian Ekalaya, berawal dari Ekalaya yang sudah lusuh, mundur ke Ekalaya saat masih di istana, maju sedikit ke bagian Ekalaya yang ditolak Durna, maju lagi, dan lagi. 

Apakah membingungkan? Dari sisi cerita, ini justru menarik karena kita tahu sebuah akibat dulu, sehingga penasaran apa sebabnya, yang kemudian dijawab dengan elegant oleh Pitoyo Amrih. Sehingga jalan cerita jadi menarik, misteri atau rasa penasaran selalu jadi bahan bakar cerita yang menarik.

Akan lain halnya misal bagian Bambang Ekalaya diceritakan runtut secara kronologis, tak akan menarik karena kita akan tahu hasil akhirnya, atau mungkin malah tidak tahu sama sekali mau mengarah ke mana. Pitoyo Amrih tahu cara membuat cerita menjadi menarik. :)


Unexpected and Enjoyable.


It's still around @PitoyoAmrih book, with his story style that is like people chatting casually among friends.

Initially, when holding the book "Pertempuran 2 Pemanah. Arjuna-Karna", "Battle of the Two Archers. Arjuna-Karna" for the first time, I was full of anticipation that this was not just about the battle of the two people.

As in "Wisanggeni Membakar Api" or "Antareja and Antasena", I suspect that Pitoyo Amrih will surely tell about Karna and Permadi's childhood, which he did.

But there is another "main" character who appeared in the focus. There are other archers. It was Ekalaya, Raden Bambang Ekalaya, king of Paranggelung, who was also a great archer. Previously, I only knew at a glance as a king, Prabu Palgunadi. And even then, in my brain, it always can't be separated from other names that must always be present in my imagination, even though I don't know what/who the two names are. The name is Palguna-Palgunadi.

Another thing I noticed was the storytelling style of Pitoyo Amrih in this novel. I mentioned earlier that he told stories like casual chatting between friends. Chat casually, no schedule, no targets, but still comfortable. Isn't that a relaxed goal while chatting among friends?

Chat casually what? Yeah, when we talk, when we're talking about a topic, sometimes the topic spreads to other topics, which also spread to another topics, and more, which then casually, maybe while sipping a half cup of warm coffee, return to the original topic smoothly without being forced.

This happened in this book, how the story of  Karna's childhood suddenly shifted to the Kunti contest, commotion Kangsadewa, and returned to Karna again.

When we're chatting, sometimes the chronological order is also often irregular. We are talking about what happened today which was the result of the incident two weeks ago, which was planned a week before that, resulting in two weeks later, and we will see if tomorrow there will be a result of what is happening now.

The same thing I recognized in this book when I arrived in the part of Ekalaya, started from Ekalaya who was already worn out, retreated to Ekalaya while still in the palace, advanced slightly to the Ekalaya section which was rejected by Durna, advanced again, and again.

Is it confusing? In terms of the story, this is actually interesting because we know a result first, so we wondered why, which was then answered elegantly by Pitoyo Amrih. So that the storyline becomes interesting, mystery or curiosity is always became a fuel for an interesting story.

It will be different, for example, if Bambang Ekalaya's part is told in chronological order, it will not be interesting because we will know the end result, or maybe we don't know where it'll go at all. Pitoyo Amrih knows how to make stories interesting. :)



Friday, April 14, 2017

Masa Kecil



Salah satu detil dari @pitoyoamrih yang saya suka adalah cerita tentang masa kecil seorang tokoh wayang. 

Kita tahu cerita lengkap tentang masa kecil tokoh wayang jarang ada di pakem utama. Hanya beberapa yang terkenal seperti Gatotkaca dan Wisanggeni, itupun dalam lakon  carangan.



Dengan kenyataan seperti itu (atau saya yang memang tidak tahu secara tuntas pakem utama pewayangan), buku-buku Pitoyo Amrih ini menjadi semacam hiburan yang menyegarkan. 

Tentang masa kecil Karna bersama Adirata. Deskripsi watak Karna yang ambisius, nakal dan cenderung jahat kepada orang tua angkatnya menjadi pengantar yang tepat sebagai latar belakang masa dewasanya.

Permadi kecil, sebelum diusir dari istana, yang cuek cenderung sombong dan manja, tak mau membereskan busur dan tempat anak panah.

Narayana dan Kakrasana kecil di Widarakandang yang diasuh Demang Antagopa dan Nyai Sagopi.

Masa kecil para kurawa dijelaskan dengan rapi, tentang Destarata dan Gendari yang tidak pernah memperhatikan anaknya sama sekali, dan seratus saudara seumur yang tak terurus sehingga menjadikan pengantar kelakuan Kurawa saat sudah dewasa.

Masa kecil Wisanggeni mungkin sudah banyak yang tahu karena ada lakon Lahirnya Wisanggeni.

Nah saya suka cerita detil versi Pitoyo Amrih tentang masa kecil Antareja dan Antasena. 

Childhood

One of the details of @pitoyoamrih that I like is the story of the childhood of a puppet character.

We know the full story about the childhood of puppet characters is rarely in the main Pakem. Only a few are famous like Gatotkaca and Wisanggeni, and even then in the Carangan (side story).

With such a reality (or it's just me, who  don't really know the complete Pakem of Wayang ), Pitoyo Amrih's books become a kind of refreshing entertainment.

About Karna's childhood with Adirata. Descriptions of Karna's ambitious, naughty and evil tendencies to her adoptive parents became the right introduction to her adult background.

Young Permadi, before being expelled from the palace, the ignorant tended to be arrogant and spoiled, not wanting to clear the bow and place the arrow.

Narayana and small Kakrasana in Widarakandang who are raised by Demang Antagopa and Nyai Sagopi.

The kurawa's childhood is neatly explained, about Destarata and Gendari who never pay attention to their children at all, and a hundred brothers during their unkempt years, making strong background of Kurawa's behavior as adults.

Wisanggeni's childhood may have been known because there was a play about the birth of Wisanggeni.

Now I like the detailed version of Pitoyo Amrih's version of Antareja's and Antasena's childhood.

Delphi.


Still using Delphi?

Yup, it teach me about programming discipline, :)


Tuesday, April 11, 2017

Disorientasi


Kadang bingung sedang membaca buku @PitoyoAmrih yang mana, saking konsistennya. Banyak cerita yang ada di buku satu, menyisip di buku lainnya. Seakan empat atau lebih buku itu sebenarnya cuma satu buku yang dijilid bukan berdasarkan urutan, namun berdasarkan tema.

Saat membaca "Antareja dan Antasena", tiba-tiba serasa baca "Wisanggeni Membakar Api" saat tiba di bagian Antasena menjadi jagung.

Juga saat membaca "Pertempuran Dua Pemanah: Arjuna-Karna" serasa membaca sisipan dari (atau malah babon) dari "Kebaikan Kurawa".

Apakah itu berarti jelek? Tidak sama sekali. Ini berarti penulis memiliki satu plot besar yang dicurahkan di berbagai buku.



Eh, tentu saja memang ada plot besar bernama pakem di pewayangan,  :).

Hal yang menarik di sini, dengan berpegang pada plot besar, buku-buku Pitoyo Amrih memiliki konsistensi yang tinggi. Baca buku yang manapun tidak akan mengalami kebingungan tentang mana yang benar karena yang diceritakan bersumber dari hal yang sama. Namun ada juga detil-detil kecil yang menarik yang memang tidak ada di pakem atau (plot besar milik Pitaya Amrih sendiri), detil-detil ini membuat cerita menjadi menyenangkan karena tidak menjadi kaku karena pakem.

Banyak buku yang menjadi  kaku karena terlalu ikut pakem, atau buku yang terlalu aneh karena tidak mempedulikan pakem sama sekali (jadinya pembaca malah mengernyit sambil mikir "Arjuna kok gini?", "Samba kok gitu?" dsb )

Ohya, saya belum baca semua buku Pitoyo Amrih, dalam proses, tetapi sudah pasti jadi pengagum  beliau, :)


Disorientation

Sometimes I confused about reading the book @PitoyoAmrih, because it's too consistent. Many stories in a book, are inserted in other books. As if four or more books were actually just one book bound not by sequence, but by theme.

When reading "Antareja and Antasena", suddenly I read "Wisanggeni Membakar" when I arrived in the Antasena-became-Corn section.

Also when reading the "Pertempuran Dua Pemanah: Arjuna-Karna" it seemed that I read the insertion from (or even the baboon) of "Kebaikan Kurawa".

Does that mean bad? Not at all. This means that the author has one large plot devoted to various books.

Uh, of course there is indeed a big plot called the Pakem (Standart Plot) in Shadow Puppet story, :).

The interesting thing here is, by holding on to the big plot, Pitoyo Amrih's books have high consistency. Read any of his books. We will not experience a confusion about what is right because the story is from the same source. But there are also interesting little details that are not in the Pakem. These details make the story fun because it does not become rigid because not strict into Pakem.

Many books are stiff because they are too gripping, or books are too strange because they don't care about The Pakem at all (so the reader frowns while thinking "Why is  Arjuna like this?", " Why is Samba like that?" Etc.)

Oh yeah, I haven't read all of Pitoyo Amrih's books, it's still in the process, but I have definitely become his admirer, :)



Tuesday, March 21, 2017

Adonan.

 Saat mengaduk adonan semen+pasir+air, sering tak sengaja ter-ciprat ke kaki saya yang tak terlindung, akibatnya kulit akan melepuh seperti luka bakar jika tidak segera dibersihkan.

Tak terbayangkan jika melakukan itu secara sengaja.

Friday, March 17, 2017

Idhar bukan idghom, :)


Beta belajar merangkai kata.

Jaranan dia bilang jaran -an
sabunan, sabun -an
mainan, main -an

Kata -an terpisah jelas, mudah bagi dia, tapi coba kita lakukan, susah bagi kita karena terbiasa yang lain.

Saya suka, artinya dia tahu kata dasar, :)

Saturday, March 11, 2017

Terdepan.

Jika yang lain rame-rame mundur, kamu akan tampak paling depan meski tak melakukan apapun.

If others are backing up, you will appear at the front, even if you don't do anything

Menolong yang Tersesat?

Pastikan si penolong juga tidak sedang tersesat, :D

Friday, March 10, 2017

Langit yang jernih

 biasanya terjadi setelah hujan badai.

Sunday, February 26, 2017

Kopi.

Diet kopiku berhasil, ndak pernah lagi ngopi di kampus. Bukan karena niat, tetapi karena banyak minum air putih, jadi ndak ada rasa ingin ngopi.

Ndak enaknya, kalo ngopi di rumah sore hari, jadinya pusing. Hadeuh.

Jadi, mulai meluruskan kembali niat, untuk menjadi pecandu kopi kelas berat lagi, :D

Skenario.

Pernah dapat sms bernada undangan bersifat mendadak? Dari nomor yang mengklaim sebagai nomor baru bos, nomor khusus untuk kegiatan tersebut.

Berbentuk surat tugas sebuah kegiatan workshop peningkatan mutu, dengan waktu yang mendadak.

Dengan penekanan setelah workshop akan mendapat uang saku sekian juta.

Menarik.



Harus segera menelepon ke nomor tertentu, untuk konfirmasi kesediaan.

... dan harus membayar sejumlah uang untuk blablabla.

Sms palsu? Kemungkinan besar iya.

Selama nomor itu tak terdaftar di kontak, aman untuk mengabaikan.

Konfirmasi? Tentu saja harus. Perlu diperhitungkan bahwa kemungkinan besar bos kita juga sedang ditipu, bahwa memang ada acara tersebut.

Dilaporkan? Ke kantor? Biasanya sms tersebut di hari jumat sore, dengan kegiatan di hari sabtu minggu, kantor tutup. Memang disetting sedemikian rupa. Sehingga jika kita ingin konfirmasi, kita harus menghubungi melalui telepon.

Jika memang penipu sudah ahli, maka ada kemungkinan besar juga bahwa ada orang dalam yang dilibatkan yang bertugas untuk mengkonfirmasi bahwa kegiatan itu benar adanya. Juga membisiki kolega yang tidak tahu apa-apa, membisiki bahwa ada kegiatan blablabla besok hari sabtu-minggu. Dia 'sedang mempersiapkan' kegiatan itu beserta 'panitia'.

Orang dalam yang terlibat juga memiliki tugas lain, sebagai pilihan 'fail safe', memperingatkan penipu agar segera menyelamatkan diri karena banyak yang curiga.
Atau, ..., halah,... pokoknya abaikan saja...

Scenario.

Have you ever received an SMS with an invitation that is sudden? From the number that claims to be the new number of the boss, a special number for the activity.

A letter of assignment from a quality improvement workshop with a sudden time.

With emphasis after the workshop you will get millions of pocket money.

Interesting.

Must call a certain number immediately, to confirm your willingness.

... and have to pay some money for Blablabla.

Fake sms? Most likely yes.

As long as the number is not registered in the contact, it is safe to ignore.

Confirmation? Of course you have to. It should be taken into account that it is likely that our boss is also being deceived, that there is indeed an event.

Reported? To the office? Usually the sms is on Friday afternoon, with activities on Saturdays Sunday, the office closes. It is planned in such a way. So if we want confirmation, we must contact by telephone.

If indeed the fraudster is an expert, then there is a high chance that there is an insider involved who is tasked with confirming that the activity is true. Also prompting colleagues who don't know anything, whispering that there is a blababla activity tomorrow on Saturday to Sunday. He was 'preparing' the activity along with the 'committee'.

Insiders involved also have other duties, as a 'fail safe' option, warning fraudsters to save themselves immediately if many begin to suspect.

Or, ... just ignore it ...

Tuesday, February 21, 2017

Integral


Gendhis: Kin, bantuin dong
Kinanthi: Apa nDhis?

G: Hitunganku ini kok tidak cocok ya? Kayaknya excelnya rusak.
K: Rusak gimana?

G: Tidak ada outputnya, jadi pagar semua
K: Oh, mungkin antena-nya rusak.

G: Busyet Kin, serius nih.
K: Hehehe, memang kamu ngitung apa nDhis?



G: Integral
K: Wowo, kamu bisa ngitung integral pake excel?

G: Kamu nggak bisa to Kin? Kan kamu mahir pemrograman.
K: Bisa, tapi males kalo pake excel, ribet. Kamu yang keren, padahal kamu kan nggak kuliah metode numerik kan, wow.

G: Gak ribet kok, metode numurik itu apa? Memang harus pake gitu ya?
K: Eh, lah, lha memangnya kamu gimana ngitung integral pake excel?

G: Gampang kok, kan tinggal dimasukkan saja?
K: Eh,...

G: Tinggal ganti simbol integral pake huruf S, nah, tapi kenapa error ya? Padahal tadi sudah pake symbol integral yang beneran juga error. Kamu pernah nemu error kayak gini ndak Kin? Biasanya..., Kin? Kin?
K:....(membeku)

Friday, February 17, 2017

Petang Senang

Alfa cerita tentang sekolahnya sama ibuk, di kamar.

Adek menghabiskan kopi, ditemani ayah nonton film kartun.

:)

Tuesday, February 14, 2017

Kopilogi.

Rencananya ingin ke kafe ini buat lihat situasi.

Situasi kafe.

Mau perform band di situ.

Survey lokasi.

Kebetulan ada acara teman juga hari ini, dialog seni budaya di Kopilogi.

Janjian habis isya.

Kami sudah hafal dengan sifat masing-masing, jadi berangkatlah saya jam setengah delapan, setelah mencium kening orang serumah.

Setengah delapan? Kan sampe kafe jadi jam delapan, bukannya janjian jam tujuh?

Yup, sudah saya bilang kami hafal sifat masing-masing. Saya sangat pengertian sehingga mengerti jam tujuhnya dia itu gimana.

Ups, ternyata saya salah.

Di Kopilogi sudah rame, tapi dia belum datang. Tersisa satu meja kecil yang langsung ku-klaim segera setelah pesan dobel espresso dan roti bakar keju.

Tempatnya lumayan asyik.

Meja saya terletak di bawah kanopi tepi jalan bersama dengan beberapa pasang meja kursi lain uang sudah terisi. Sepertinya kalo siang menjadi tempat parkir motor.

Duduk sendirian sambil melirik meja-meja lain yang tampaknya terdiri dari pasangan-pasangan, .... . Zeus..., sekarang hari valentine, pantas saja...

Rame juga, pesanan saya masih sekian nomor lagi. Ndak masalah, di rumah sudah menghirup kopi buatan istri. Lagipula bukan itu tujuan ke sini.

Celingak-celinguk cari tempat yang mungkin digunakan untuk live band.

Ndak nemu.

Titik-titik hujan mulai turun.

Sambil nunggu, kutulis ini, :)

Kukirim pesan ke dia, kok belum muncul? Katanya jam "tujuh".

Eh, ternyata bukan, dia tadi bilang mau ke sini setelah "isya". Walah...

Hujan rintik.

Rentang waktu yang lumayan, entah kapan dia datang.

Hujan mulai deras.

Menikmati pesanan saja, sudah tiba, :)


...dan dua jam kemudian, setelah saya memutuskan pulang, dia belum datang juga, :)

Monday, February 13, 2017

It is, :)

“Victory must be real.

It must be earned. That means it must be rare and difficult, against steep odds,”

Excerpt From: Riordan, Rick. “The Blood of Olympus.”

Sunday, February 12, 2017

Berpihak?

Megatruh: Kin, sudah baca postingan Tantra?
Kinanthi: Iya sudah, berani dia ya Meg.
M: Mungkin karena suasana pilkada di sana memungkinkan untuk itu. Banyak postingan yang lebih parah dari dia.
K: Tetap saja Meg, menuduh bahwa dua calon menjual agama dan mengklaim Tuhan berada di pihak mereka itu kan berani banget.
M: Mungkin buat lucu-lucuan, kan gak mungkin berpihak ke keduanya, jadi aneh kalo keduanya sama-sama menang, hihihi.
K: Memang sih, tapi postingan lanjutannya itu yang, ..., hadeuh, bagiku keren sih
M: Oh, bahwa Tuhan menolak di-klaim oleh mereka dan menunjukkan dukungan ke pasangan satunya lagi dengan mengirimkan hujan sehari semalam, hehehe, cerdas si Tantra

K: Kayaknya aku telah meracuni dia dengan gayaku. Dia nulis, hujan semalaman, seakan Tuhan sengaja mengirim air dari langit untuk membuktikan hasil kerja calon yang didukung-Nya, ckckck
M: Memang ndak ada berita banjir kan?
K: Iya sih, tetap saja dia berani sekali nulis gitu. Nggak takut di-demo apa.
M: Halah, kamu kan tahu sendiri dia kayak apa Kin, paling di demo sejuta orang dia cuma nyengir. Harusnya kamu bangga,
K: Eh?
M: Ada orang sejenis kayak kamu di sana
K: Dasar...


Which side do you choose?

Megatruh: Kin, have you read Tantra posts?

Kinanthi: Yes, how dare she be Meg.

M: Maybe because the atmosphere of the local election there allows for that. Many posts are worse than her.

K: But still Meg, alleging that the two candidates were selling religion and claiming God was on their side was very brave.

M: Maybe it's just for fun, it's not possible to side with both, so it's strange if both of them win, hihihi.

K: It's true, but the follow-up post is, ... well, it's cool to me.

M: Oh, that God refused to be claimed by them and showed support to the other couple by sending rain overnight, hehehe, the Tantra is indeed smart.

K: I think I poisoned him with my style. She wrote, it rained all night, as if God had deliberately sent water from the sky to prove the work of the candidate who's supported by Him, ckckck.

M: Indeed, there's no flood news right?

K: Yeah, still, she still dares to write that. Is she not afraid of being demoed by many people?

M: It's just that you know what she is like herself. At most she won't be affected, demoed by a million people, just grinning. You should be proud.

K: Eh?

M: There are people like you there. Tantra is one of them, :)

K: Damn ...
323f (5) amp (1) android (12) apple (7) arduino (18) art (1) assembler (21) astina (4) ATTiny (23) blackberry (4) camera (3) canon (2) cerita (2) computer (106) crazyness (11) debian (1) delphi (39) diary (286) flash (8) fortran (6) freebsd (6) google apps script (8) guitar (2) HTML5 (10) IFTTT (7) Instagram (7) internet (12) iOS (5) iPad (6) iPhone (5) java (1) javascript (1) keynote (2) LaTeX (6) lazarus (1) linux (29) lion (15) mac (28) macbook air (8) macbook pro (3) macOS (1) Math (3) mathematica (1) maverick (6) mazda (4) microcontroler (35) mountain lion (2) music (37) netbook (1) nugnux (6) os x (36) php (1) Physicist (29) Picture (3) programming (189) Python (109) S2 (13) software (7) Soliloquy (125) Ubuntu (5) unix (4) Video (8) wayang (3) yosemite (3)