Nugroho's blog.

Saturday, July 5, 2014

Efisien (tidak)

"Mas, yang ini harus pake nota dulu" Kata mbak satpam cantik saat saya sedang ngantri di kasir tuk bayar evamat mini-nya Alfa tuk bikin "tower" (evamat yang di rumah biasanya tuk "garasi" karena besar).

"Ohya? Lha tadi di sana gak ada petugasnya, saya kira langsung ke kasir"

"Petugasnya merangkap di bagian elektronik mas, mari saya antar..."

(dengan senang hati :) )


Memang ternyata mbak-cantiknya ada di bagian elektronik. 

Sambil nunggu si mbak cantik nulis nota, celingak-celinguk lihat barang bagus tuk sasaran, ada kapak besar yang beberapa bulan lalu kucari-cari tapi sekarang gak ingin lagi, ada gergaji/gerinda circle yang mungkin saja berguna tuk menjebol tembok depan tuk bikin jendela ekstra, lengkap dengan berbagai macam mata pisaunya, model belian, batu asah, juga...

"Mas bayarnya di sini..."

Eh?

"Iya, bayar di sini"

Ok, baru tahu ada model seperti ini, tapi bagus juga, lebih efisien, langsung bayar, ambil barang, tak perlu ke kasir untuk...

"Nah nota ini di bawa tuk ambil barang di kasir ya mas, :) "

Apa???

(Ngantri lagi di kasir)

Serahkan nota

(Jadi kasir isinya cuma kumpulan nota?)

Dan dikasih uang kembalian...

(Eh, tadi waktu bayar di bagian mainan anak sampe lupa kalo dapat kembalian, hm...)

Baru tahu sistem seperti ini, sangat modular (kalo diibaratkan kernel linux :) ), dan kasir menjadi tempat berkumpulnya nota dan berisi uang-uang kecil untuk kembalian. 

Dari sisi manajemen, entahlah...

Dari sisi keamanan, uang tidak terpusat di kasir, kemungkinan "ketlisut" jadi besar

Dari sisi konsumen, no comment... (ups, no longer comment maksudnya, sudah terlalu banyak komentar sebelumnya :) )


Retreat to Blog

Socmed semakin panas,

Dua kubu makin aktif nge-junk (setidaknya bagi saya), 

...tanpa sadar lambat laun menjadi semakin pasif di socmed dan lebih sering menyendiri bertapa di blog, menekuni kembali trik-trik lama di LaTeX, posting hal-hal baru tentangnya, usil ngelantur tentang berbagai hal.

Paradox: karena hasil tulisan di blog muncul di timeline socmed, maka seakan-akan jadi semakin aktif posting, :)



Saya tidak yakin bahwa hiruk pikuk ini segera berlalu, bahkan sudah pikir-pikir tuk cari cara gimana misal hal ini jadi makin parah nanti, jika yang kalah jadi malah ngamuk-ngamuk, memicu konflik horizontal berkepanjangan, tentu saja socmed pun juga mungkin jadi makin amburadul timeline-nya.

Tak terpikir untuk meng-unfriend beberapa teman yang suka nulis posting negatif, bagaimanapun itu adalah informasi berharga (bisa di capture tuk bukti, :) ). 

Tak terpikir juga tuk membela atau menyerang, in Avatar world I strongly resemble Bhumi, neither positive nor negative, zero state, :)


Saturday, June 28, 2014

Konten Porno yang Lolos dari Blokir


...adalah berita, ya berita baik TV, web, atau cetak.

Bagaimana kita bisa mencegah akses ke konten vulgar jika konten-konten tersebut mudah sekali diakses.

Selain formalitas "klik jika anda 18+" yang tak berhasil mencegah anak di bawah umur mengakses konten eksplisit tentang seks, ada yang salah dengan manajemen konten.

Jika konten tentang hubungan seks yang baik diberi peringatan "18+", kenapa berita tentang pemerkosaan dan tentang pelacuran (gaya hidup, penangkapan, curhat) tak diberi label  sama sekali?

Padahal justru konten-konten tersebut terkadang sangat detil menjelaskan proses perkosaan, perselingkuhan, gaya hidup penjaja seks termasuk cara-cara membooking mereka.

(Sekarang di web sedang ramai berita tentang seorang tante yang memperkosa 6 remaja, lengkap dengan detil cara tante tersebut melakukannya.  Tak ada label "18+" di konten ini, bebas dibaca siapa saja.

Sebelumnya ada konten berisi seorang mantan istri artis "diduga tidur dengan bule", tanpa label "18+". Lanjutannya adalah ternyata bule tersebut terpergok berciuman dengan wanita lain, lengkap dengan foto ciuman bibir [walaupun disensor], juga tidak ada label "18+" di konten ini.

Tidak lama sebelum ini juga ada berita tentang publik figur wakil rakyat yang terang-terangan selingkuh dengan publik figur wakil rakyat lainnya, masing-masing sudah menikah, dengan beberapa foto ciuman yang tersebar luas. Dan anehnya, pasasangan selingkuh tersebut justru diundang ke beberapa stasiun TV untuk jadi bintang tamu TalkShow. Meski tak ada konten porno secara eksplisit. Namun pesan moralnya menurut saya sangat mengkhawatirkan: "berarti perbuatan seperti itu tidak apa-apa, malah bikin terkenal"


Mundur beberapa waktu, publik figur tertangkap pesta narkoba. Waktu kejadian dini hari dan ada artis yang juga wakil rakyat sedang "berada" di situ. Publik figur tersebut sekarang bebas, tak ada sanksi, job tetap berlimpah dan kasus sepertinya terlupakan. Tak ada yang mempermasalahkan apa yang dilakukan wanita jam tiga pagi di rumah dia. 

Agak lebih lama, seorang publik figur terekspos habis-habisan di berbagai media karena dua video rekaman pribadi adegan seks-nya dengan istri orang dan dengan pacarnya tersebar. Saya kira karirnya akan habis, tetapi ternyata justru karirnya aman-aman saja, justru sudah beberapa kali ganti pacar setelah kejadian itu.

Belum lama ini banyak konten yang mengupas detil tentang remaja abg yang dikenal sebagai cabe-cabean [sebelumnya bernama kimcil], lengkap dengan ciri dan cara mendekati serta menggunakan servis mereka, tempat-tempat mereka ditemukan dan tempat-tempat hotel yang meskipun di berita konteksnya adalah "razia" tetapi mengindikasikan bahwa tempat itu digunakan untuk membawa mereka

Juga beberapa saat sebelum acara penutupan lokalisasi, ada konten-konten tentang kehidupan penghuni lokalisasi, lengkap dengan segala detilnya.
)


Memang, sekilas konten-konten tersebut adalah berita kejahatan, berita tentang tindak asusila, berita tentang perselingkuhan. Namun di sisi lain, konten tersebut juga merupakan sumber informasi yang dapat digunakan sebagai acuan untuk melakukan apapun tergantung si pengakses konten.

Menurut saya justru ini dapat saja menjadi "acuan" atau dalam hal kejahatan yang tertangkap dapat menjadi "pelajaran" untuk memperbaiki "teknik" agar lolos dari jerat hukum.

Akan lebih baik jika berita-berita kriminal di TV ditayangkan tengah malam. Akan lebih susah melakukan sortir atau blokir di web, tapi setidaknya konten-konten eksplisit vulgar seperti ini seharusnya diberi label "18+", setara dengan konten tentang kosultasi seks (lihat, betapa tidak berbahayanya konten yang disebut belakangan :) )

Friday, June 27, 2014

Tak Boleh Salahkan Setan Mulai Besok!

 ...karena setan dibelenggu saat bulan puasa, :)


Thursday, June 26, 2014

Enaknya Macet di Hujan Deras

Yeah, enaknya macet di hujan deras  adalah karena saya naik mobil, tuh, selesai makan di Mc D(ayat) sopir sudah menunggu, tau aja kalo sudah selesai makan, :)

...dan asyiknya lagi, kalo pake sopir tidak usah melatih kesabaran , tak usah membunyikan klakson berulang-ulang, tak usah berkreasi membuat umpatan-umpatan baru tuk para penyerobot, ...., yeah, tak usah melakukan itu semua, itu tugas sopir, hehehe...

Kenyamanan lain adalah bisa buka facebook atau twitter tanpa kehujanan (tentu saja), sambil duduk bersandar di kursi, sambil sesekali melihat keadaan di luar jendela beserta hiruk pikuknya, :)

Sayangnya, sopir yang ini gak bisa mengantar sampai rumah, jadi harus ganti sopir di sekitar Dieng Plaza, untung saja bawa payung tuk menunggu sopir angkot satunya, jalur MM, 

....

Macet di Hujan Deras


Sungguh tidak enak bawa motor dalam situasi seperti ini, pikirku, sambil menghabiskan makan siangku di tempat makan langganan yang sudah tersohor tak hanya se-Malang, tapi hampir seluruh Indonesia, karena yang beli kebanyakan Mahasiswa yang berasal dari berbagai daerah. Nama warungnya adalah warung Mak Dayat, yang akhirnya populer dengan plesetan Mc D.


Hujan sangat deras, memang lagi musim sih, walaupun sekarang musim hujan justru di bulan juni. Banyak air hujan yang memilih lewat jalan raya daripada lewat selokan yang dangkal dan sempit serta penuh sampah itu.

Keadaan bertambah seru seiring dengan menumpuknya antrian kendaraan di lampu merah depan Mc D(ayat). Dengan air yang terus tercurah dari langit dan genangan di aspal yang makin tinggi  tak tertahankan, beberapa pengendara motor mulai melakukan tindakan kreatif, menyerobot lajur kanan agar nanti kalo lampu berubah hijau mereka bisa lebih dulu tancap gas. Eits, tunggu dulu, di kanan dia ternyata ada yang lebih kreatif lagi, dia sudah menjajarkan motornya di "kanan" penyerobot tadi, dan di kanan dia ada lagi, ....


Nah, asyiknya penerobos ini, dia memiliki hak mutlak atas jalan yang dia lewati. Lihat saja, ada mobil dari arah depan yang berjalan karena lampu hijau mengklakson untuk minta jalan, yang memang hak-nya, eh si pemotor penyerobot tak bergeming, tenang saja toh biasanya juga gini, gak ada yang nilang.

Kalo gini bisa macet kan?

Untung masih ada separuh lajur kanan yang kosong, meski kosongnya karena genangan air terlalu tinggi sehingga pemotor masih pikir-pukir tuk menyerobot lajur kanan dan nyilem di situ. 

Jadilah, tak punya pilihan, kendaraan di belakang mengklakson dengan tak sabar, mobil lewat genangan lajur kanan, sisa-sisa hak dia atas penggunaan lajur yang dirampas si penyerobot yang pura-pura tuli dengan hiruk pikuk klakson dan kemacetan di depan akibat ulah dia.

Si mobil berjalan di genangan, panik karena klakson dari belakang dan juga panik kalo ada penerobos dari depan yang lebih nekat tuk menguasai seluruh lajur, dia tancap gas...

...dan genangan pun terciprat ke para penyerobot lajur kanan

...dan keluarlah umpatan-umpatan dari berbagai bahasa (beberapa yang kurang kreatif mengumpat dengan gaya lama, mengabsen daftar isi kebun binatang)

...mereka mengumpat karena merasa hak mereka dirampas, berani sekali si mobil jalan sampai keluar jalur dan melewati genangan sehingga terciprat ke mereka

...

Sungguh tidak enak bawa motor dalam keaadaan seperti ini

Wednesday, June 25, 2014

Tajam atau Tumpul

Banyak yang bicara lantang bahwa kemacetan, karena tak bisa dihindari, dapat dianggap sebagai alat untuk menajamkan mental kita, mengasah kesabaran kita.

Namun ada juga yang mengatakan kemacetan justru menumpulkan kemanusiaan kita;  menerobos lampu merah, memotong jalan, menyerobot lajur kanan, mengklakson sesuka hati, belajar kata-kata umpatan baru, tanpa peduli dengan pengendar sekitar, tanpa memberi kesempatan pejalan kaki yang akan menyeberang.

Saya sendiri lebih memilih berdamai dengan kemacetan dengan cara memilih jalur lain, lebih jauh memang, tetapi bisa meninjak pedal gas dengan leluasa, tidak diserobot, dan tak ada klakson bunyi tiap sepersekian detik, damai dan tekanan darah tetap normal, :)




323f (5) amp (1) android (12) apple (7) arduino (18) art (1) assembler (21) astina (4) ATTiny (23) blackberry (4) camera (3) canon (2) cerita (2) computer (106) crazyness (11) debian (1) delphi (39) diary (286) flash (8) fortran (6) freebsd (6) google apps script (8) guitar (2) HTML5 (10) IFTTT (7) Instagram (7) internet (12) iOS (5) iPad (6) iPhone (5) java (1) javascript (1) keynote (2) LaTeX (6) lazarus (1) linux (29) lion (15) mac (28) macbook air (8) macbook pro (3) macOS (1) Math (3) mathematica (1) maverick (6) mazda (4) microcontroler (35) mountain lion (2) music (37) netbook (1) nugnux (6) os x (36) php (1) Physicist (29) Picture (3) programming (189) Python (109) S2 (13) software (7) Soliloquy (125) Ubuntu (5) unix (4) Video (8) wayang (3) yosemite (3)