Sunday, April 29, 2012
World War IV
I know not with what weapons World War III will be fought, but World War IV will be fought with sticks and stones. - Albert Einstein
Thursday, April 19, 2012
Lebah tanpa Sengat (Apis Trigona)
Bukan, dia bukan lebah. Dia menghasilkan madu, ya, tetapi bukan lebah.
Dia tidak punya sengat. Senjatanya berupa perekat, yeah, mungkin itu bukan senjata.
Tempat madu mereka bukan berupa bangun heksagonal seperti lebah melainkan lebih mirip bentuk buah asam.
Telur mereka sebesar buah merica.
Di daerahku mereka disebut klanceng.
Dia tidak punya sengat. Senjatanya berupa perekat, yeah, mungkin itu bukan senjata.
Tempat madu mereka bukan berupa bangun heksagonal seperti lebah melainkan lebih mirip bentuk buah asam.
Telur mereka sebesar buah merica.
Di daerahku mereka disebut klanceng.
Sunday, April 15, 2012
Sport or Art
Konon seseorang dilahirkan sebagai bertipe sport atau art. Mungkin itu benar. Terbukti di sini, pagi-pagi di acara workshop di sebuah hotel, kegiatan peserta terbagi dua. Yang satu bangun pagi-pagi untuk olahraga, sedangkan yang lain seperti saya malah nyantai duduk-diduk di balkon, ngopi sambil update blog atau bahkan masih tidur.
Yeah, tipe sport memacu jantung dengan jogging; tipe art memacu jantung dengan kopi.
Yeah, tipe sport memacu jantung dengan jogging; tipe art memacu jantung dengan kopi.
Saturday, April 14, 2012
Friday, April 13, 2012
Arloji Alami
Saat berkendara pagi-pagi di jalur ngantang-malang, karena tidak mungkin terus-terusan melihat jam, ada dua jenis penunjuk waktu yang menentukan apakah dapat mencapai SD Lab UM sebelum jam 7
Arloji alami, begitu sering kupikirkan, yang pertama adalah sorot sinar matahari yang sangat jelas akibat efek Tyndall di bukit-bukit Ngantang yang berkabut. Jika sorotnya masih ke atas, itu berarti hari masih pagi, belum jam enam. Sorotnya tepat horizontal, harus ngebut jika tak mau telat. Jika sorotnya ke bawah tak perlu ngebut, toh pasti telat.
Arloji alami lainnya ada di Pujon. Jika setelah pasar sayur pandangan silau, maka kita belum terlambat, jika tidak silau maka matahari sudah terlalu tinggi, harus ngebut.
Arloji alami, begitu sering kupikirkan, yang pertama adalah sorot sinar matahari yang sangat jelas akibat efek Tyndall di bukit-bukit Ngantang yang berkabut. Jika sorotnya masih ke atas, itu berarti hari masih pagi, belum jam enam. Sorotnya tepat horizontal, harus ngebut jika tak mau telat. Jika sorotnya ke bawah tak perlu ngebut, toh pasti telat.
Arloji alami lainnya ada di Pujon. Jika setelah pasar sayur pandangan silau, maka kita belum terlambat, jika tidak silau maka matahari sudah terlalu tinggi, harus ngebut.
Thursday, April 12, 2012
Never miss a chance to speak kind words.
Kind words are short and easy to speak, but their echoes are truly endless. - Mother Teresa
Tuesday, April 10, 2012
Hornet
Dia masih ingat rumahnya.
Saat pertama menempati Lazy Home, dia sudah ada di depan rumahku, bernyanyi. Meski menakutkan, kuputuskan untuk tidak mengusirnya, kubiarkan dia tinggal, toh dia memang lebih dulu tinggal di sini.
Dia seekor kumbang, semacam lebah tapi besar. Ada yang menyebut "tawon endhas" (lebah kepala). Dia tinggal di kayu pelisir depan rumahku. Aku jadi harus berhati-hati saat keluar rumah atau masuk rumah karena konon sengatannya bisa sangat menyakitkan dan selalu menyerang bagian kepala. Dan tidak seperti lebah kecil yang mati setelah menyengat (sengatnya adalah tulang belakang, dan akan tertinggal di tubuh kita, jadi lebah alan mati), tawon ini bisa menyengat berkali-kali.
(saat menulis ini, dia sedang terbang mondar-mandir di clauster rumah. Saat akan kupotret mendadak dia mengejarku hingga terbirit-birit ke dapur. Eh, dia membuntuti ke dapur. Maka jadilah aku di sini. Di kamar mandi dengan pintu tertutup rapat.)
Namun kehati-hatianku terbukti tak berguna. Dia tak akan menyengat jika tak diganggu jadi kuanggap dia sebagai penjaga pintu rumahku.
Sekitar dua tahun yang lalu rumahku direnovasi. Bongkar atap sekaligus pelisir (tentu saja) yang lapuk karena rayap. Si Tawon terbang kesana-sini seakan protes tempat tonggalnya digusur, membuat keki para pekerja rumah, hihihi.
Setelah renovasi selesai ternyata si kumbang mulai membangun rumah yang baru dipelisir rumahku yang baru di titik yang sama, wow.
Bulan lalu bagian depan rumah dibongkar total, diganti dengan model cor, tanpa atap. Praktis rumah si kumbang tidak ada lagi bahkan, dengan denah rumah yang baru, rumah si kumbang berada di clauster rumahku, semacam lorong dari ruang tamu ke ruang tengah; tak ada kayu untuk dilubangi. Sebuah penggusuran paksa.
Tadi, saat lihat spongebob, kudengar nguing-nguing suaranya kembali. Dia berada di clauster rumah, weleh. Apakah dia punya semacam bioGPS ditubuhnya?
Saat pertama menempati Lazy Home, dia sudah ada di depan rumahku, bernyanyi. Meski menakutkan, kuputuskan untuk tidak mengusirnya, kubiarkan dia tinggal, toh dia memang lebih dulu tinggal di sini.
Dia seekor kumbang, semacam lebah tapi besar. Ada yang menyebut "tawon endhas" (lebah kepala). Dia tinggal di kayu pelisir depan rumahku. Aku jadi harus berhati-hati saat keluar rumah atau masuk rumah karena konon sengatannya bisa sangat menyakitkan dan selalu menyerang bagian kepala. Dan tidak seperti lebah kecil yang mati setelah menyengat (sengatnya adalah tulang belakang, dan akan tertinggal di tubuh kita, jadi lebah alan mati), tawon ini bisa menyengat berkali-kali.
(saat menulis ini, dia sedang terbang mondar-mandir di clauster rumah. Saat akan kupotret mendadak dia mengejarku hingga terbirit-birit ke dapur. Eh, dia membuntuti ke dapur. Maka jadilah aku di sini. Di kamar mandi dengan pintu tertutup rapat.)
Namun kehati-hatianku terbukti tak berguna. Dia tak akan menyengat jika tak diganggu jadi kuanggap dia sebagai penjaga pintu rumahku.
Sekitar dua tahun yang lalu rumahku direnovasi. Bongkar atap sekaligus pelisir (tentu saja) yang lapuk karena rayap. Si Tawon terbang kesana-sini seakan protes tempat tonggalnya digusur, membuat keki para pekerja rumah, hihihi.
Setelah renovasi selesai ternyata si kumbang mulai membangun rumah yang baru dipelisir rumahku yang baru di titik yang sama, wow.
Bulan lalu bagian depan rumah dibongkar total, diganti dengan model cor, tanpa atap. Praktis rumah si kumbang tidak ada lagi bahkan, dengan denah rumah yang baru, rumah si kumbang berada di clauster rumahku, semacam lorong dari ruang tamu ke ruang tengah; tak ada kayu untuk dilubangi. Sebuah penggusuran paksa.
Tadi, saat lihat spongebob, kudengar nguing-nguing suaranya kembali. Dia berada di clauster rumah, weleh. Apakah dia punya semacam bioGPS ditubuhnya?
Subscribe to:
Posts (Atom)
My sky is high, blue, bright and silent.
Nugroho's (almost like junk) blog
By: Nugroho Adi Pramono
323f
(5)
amp
(1)
android
(12)
apple
(7)
arduino
(18)
art
(1)
assembler
(21)
astina
(4)
ATTiny
(23)
blackberry
(4)
camera
(3)
canon
(2)
cerita
(2)
computer
(106)
crazyness
(11)
debian
(1)
delphi
(39)
diary
(286)
flash
(8)
fortran
(6)
freebsd
(6)
google apps script
(8)
guitar
(2)
HTML5
(10)
IFTTT
(7)
Instagram
(7)
internet
(12)
iOS
(5)
iPad
(6)
iPhone
(5)
java
(1)
javascript
(1)
keynote
(2)
LaTeX
(6)
lazarus
(1)
linux
(29)
lion
(15)
mac
(28)
macbook air
(8)
macbook pro
(3)
macOS
(1)
Math
(3)
mathematica
(1)
maverick
(6)
mazda
(4)
microcontroler
(35)
mountain lion
(2)
music
(37)
netbook
(1)
nugnux
(6)
os x
(36)
php
(1)
Physicist
(29)
Picture
(3)
programming
(189)
Python
(109)
S2
(13)
software
(7)
Soliloquy
(125)
Ubuntu
(5)
unix
(4)
Video
(8)
wayang
(3)
yosemite
(3)