M : Hari ini capek Kin
K : Tumben Meg?
M : Eh, capek kok tumben
K : Lha ya itu, kamu kan cuma makan tidur tok, kuliah juga jarang, kok bisa sampai capek?
M : Dasar... Ni klenger habis berhari-hari ngerawat temen satu kost yang sakit
K : Wow, sejak kapan kamu perhatian sama orang?
M : Kayaknya kena gejala tipes
K : Keren, sejak kapan kamu jadi bisa diagnosa kayak dokter gitu?
M : Harus belikan dia makan dan memastikan dia menghabiskan
K : Wah, harus traktiran nih, padahal kamu ngerawat diri sendiri saja tidak bisa
M : Kamu itu Kin, ada teman kerepotan gini malah ndak simpati sama sekali
K : Ups, jadi kamu repot ya, sori ganggu, eh , tapi tunggu, bukannya kamu yang tadi cerita duluan Meg, walah.
M : Huh, tak tidur aja, repot curhat sama kamu
K : Hei, tunggu Meg, memangnya kamu gak telpon atau sms atau WA keluarganya gitu?
M : Iya sih, tapi dia yang gak mau kalo keluarganya ke sini
K : Lha kenapa? Kan lebih bagus kalo dirawat keluarganya, daripada dirawat orang gak jelas kayak kamu.
M : Gak boleh ke sini sama dia. Dia gak mau ngerepotkan keluarganya.
K : Wow, keren sekali prinsipnya. Mirip sama prinsipku.
M : Eh, tumben kamu pake prinsip-prinsipan segala, memang punya?
K : Jelas punya lah, sudah kutetapkan sejak 7¾ detik yang lalu
M : Sudah kuduga
K : Gak pengin tahu?
M : Gak
K : Tanya dong
M : (ambil napas panjang), ok, apa?
K : RAHASIA...
M : (Lempar sandal)
K : (tangkap sandal), Ya ampun Meg, sampai sendal pun beda warna, itu kan style-ku. Kamu benar-benar repot ya. Benar-benar bagus prinsipku yang baru ini berarti.
M : Memangnya apa sih?
K : Prinsipku? Daripada menyusahkan KELUARGA, lebih baik menyusahkan TEMAN DEKAT.
M : (lempar sandal satunya)
K : (tangkap sandal) makasih, kupinjam dulu, beli lalapan, hm..., pink sama hijau, kesukaanku.