#Kinanthi
Dulu sering,
Baca sesuatu yang menarik
Bagi ke teman
Dulu sepertinya bagus, belum banyak yang memiliki kemudahan akses internet
Sekarang, semua mudah diakses
Copy paste? Menambah lalulintas data
Harusnya link saja
Toh sekarang juga jarang baca.
Bisakah mencegah?
Susah,
Lha?
Gampang:
Copy lagi post yang baru disharing, paste di tempat yang sama, namun sebelum dikirim, arahkan kursor ke tengah, paste lagi, arahkan ke tengah lagi san paste lagi (dapat dilakukan beberapa kali lagi sesuai selera) baru tekan tombol kirim
Misal tidak ingin mengganggu forum, dapat dikirimkan langsung ke tukang copy paste yang kita inginkan, :)
Friday, March 4, 2016
Sosial
#Kinanthi
Baca sebuah status perkenalan:
Halo, saya pendatang baru, ingin dapat kenalan banyak di sini.
Tapi jangan macam-macam ya.
Bicara sopan.
Tak perlu tanya ini, itu.
Jangan langsung minta foto.
Gak mau ngobrol jorok.
Gak usah sok dekat deh.
Tak perlu ini.
Jangan nulis yang menjurus masalah sex
Gak perlu tanya status.
...
Trus ngapain kamu di sini?
Jangan
#Megatruh
Jangan menyeret orang lain untuk apapun
Meski melakukan kebaikan? Ya, karena mungkin saja dia tak punya waktu
Tak punya waktu untuk kebaikan? Ya, mungkin waktu dia sedang padat tuk melakukan kebaikan yang lain yang bahkan kamu tidak tahu.
Bukankah kebaikan yang kuajak dia melakukan bersamaku lebih penting?
Tentu saja itu lebih penting, bagimu.
Tapi pahalanya? surganya? Lah, itu kan targetmu. Mungkin dia mengejar surga yang berbeda darimu.
Jangan menyeret orang lain untuk apapun
Meski melakukan kebaikan? Ya, karena mungkin saja dia tak punya waktu
Tak punya waktu untuk kebaikan? Ya, mungkin waktu dia sedang padat tuk melakukan kebaikan yang lain yang bahkan kamu tidak tahu.
Bukankah kebaikan yang kuajak dia melakukan bersamaku lebih penting?
Tentu saja itu lebih penting, bagimu.
Tapi pahalanya? surganya? Lah, itu kan targetmu. Mungkin dia mengejar surga yang berbeda darimu.
Solilokui
#Megatruh
Sering melihat sesuatu yang bertentangan. Jadi ingat kata Pak Kas: Orang itu bicara A tapi maksudnya B, wajahnya C tapi hatinya D, tujuannya Y tapi muter muter ke Z (Kastunut, di #InteligensiEmbunPagi, #Supernova, @DeeLestari)
Dia bukan tak mau kebaikan, dia hanya tak mau dipaksa.
Bukannya tak mau baca tulisan tentang cara-cara masuk surga.
Dia tidak berbincang dengan seseorang yang tiap kelakuannya dihitung dengan seberapa pahala yang akan diterimanya.
Dia tidak suka sistem kejar setoran pahala.
Sedapat mungkin dia tidak berada di lingkungan yang suka memposting tulisan kontroversial yang dikemas dalam bentuk petuah agama. Petuah yang hampir selalu memancing konflik.
Dia dengan sangat memohon agar semua orang yang berhubungan dengannya memaklumi fobia dia terhadap "orang taat". Dua sahabat lamanya tergolong tipe seperti itu dan beristri banyak. Dia tak mempermasalahkan itu, seandainya temannya tidak mentelantarkan istri-istrinya.
Bukannya dia tidak mau "ndhobel", namun dia sudah membayangkan betapa pusingnya menghidupi anggota keluarga sebanyak itu. Dan dia masih single.
Dia juga menjauhi atau setidaknya menghindari dari bertemu dengan seorang wanita yang suka memposting kewajiban suami di facebook. Sepertinya justru wanita itu yang tak melakukan kewajiban dengan baik. Dia juga berpikir bahwa postingan itu merupakan cara yang ampuh untuk memulai pertengkaran rumah tangga.
Juga wanita yang suka memposting semacam "10 ciri suami idaman". Dia berpikir, tentu saja ada suami seperti itu, dan kemungkinan besar tak akan menikahi tukang posting hal-hal aneh seperti itu. Dia juga berpikir bahwa posting semacam itu justru mengintimidasi pacar/suami si wanita.
Atau teman lama yang jadi ibu rumah tangga full time. Yang saking nganggurnya, kerjaannya memposting status menyindir suami yang gak pulang-pulang.
Dia melihat tipe-tipe tersebut seringkali melupakan kewajiban dirinya dan sibuk mengurusi orang lain.
Di ekstrim lain, dia menilai orang dengan tipe-tipe tersebut sibuk menghitung pahala diri sendiri yang diharapkan dapat digunakan sebagai tiket untuk ke surga kelas VVIP.
Apakah Megatruh tak ingin ke surga? Well, dia tidak keberatan masuk surga.
Kenapa tidak berlomba-lomba mencari pahala?
Ah, tentang itu dia berpegang pada sebuah janji. Janji yang mengatakan bahwa cukup dengan keyakinan, hanya dengan percaya sampai akhir, maka seseorang akan dijamin masuk surga.
Eh, janji itu akan ditepati kan?
(matikutu)
Dia merasa cukup di surga paling bawah. Bahkan dia merasa, saat ini dia sudah menikmati hidup tanpa perlu serakah menumpuk pahala dengan berbagai cara. Jika dia mendapat surga seperti kehidupan dia saat ini, tanpa ditambah apapun, dia sudah cukup senang.
Bukankah bersyukur itu juga sebuah kenikmatan?
Ok, tapi jika kamu seperti sekarang ini, kamu akan dilempar ke neraka dulu jutaan tahun sebelum akhirnya dimasukkan ke surga.
Tentang itu dia juga sudah punya jawaban: bukankah surga, dengan segala kenikmatannya, baru akan benar-benar dinikmati jika kita telah mengalami segala siksa dan kesengsaraan?
Seperti nasi tanpa lauk bagi orang yang dua hari tidak makan.
Sering melihat sesuatu yang bertentangan. Jadi ingat kata Pak Kas: Orang itu bicara A tapi maksudnya B, wajahnya C tapi hatinya D, tujuannya Y tapi muter muter ke Z (Kastunut, di #InteligensiEmbunPagi, #Supernova, @DeeLestari)
Dia bukan tak mau kebaikan, dia hanya tak mau dipaksa.
Bukannya tak mau baca tulisan tentang cara-cara masuk surga.
Dia tidak berbincang dengan seseorang yang tiap kelakuannya dihitung dengan seberapa pahala yang akan diterimanya.
Dia tidak suka sistem kejar setoran pahala.
Sedapat mungkin dia tidak berada di lingkungan yang suka memposting tulisan kontroversial yang dikemas dalam bentuk petuah agama. Petuah yang hampir selalu memancing konflik.
Dia dengan sangat memohon agar semua orang yang berhubungan dengannya memaklumi fobia dia terhadap "orang taat". Dua sahabat lamanya tergolong tipe seperti itu dan beristri banyak. Dia tak mempermasalahkan itu, seandainya temannya tidak mentelantarkan istri-istrinya.
Bukannya dia tidak mau "ndhobel", namun dia sudah membayangkan betapa pusingnya menghidupi anggota keluarga sebanyak itu. Dan dia masih single.
Dia juga menjauhi atau setidaknya menghindari dari bertemu dengan seorang wanita yang suka memposting kewajiban suami di facebook. Sepertinya justru wanita itu yang tak melakukan kewajiban dengan baik. Dia juga berpikir bahwa postingan itu merupakan cara yang ampuh untuk memulai pertengkaran rumah tangga.
Juga wanita yang suka memposting semacam "10 ciri suami idaman". Dia berpikir, tentu saja ada suami seperti itu, dan kemungkinan besar tak akan menikahi tukang posting hal-hal aneh seperti itu. Dia juga berpikir bahwa posting semacam itu justru mengintimidasi pacar/suami si wanita.
Atau teman lama yang jadi ibu rumah tangga full time. Yang saking nganggurnya, kerjaannya memposting status menyindir suami yang gak pulang-pulang.
Dia melihat tipe-tipe tersebut seringkali melupakan kewajiban dirinya dan sibuk mengurusi orang lain.
Di ekstrim lain, dia menilai orang dengan tipe-tipe tersebut sibuk menghitung pahala diri sendiri yang diharapkan dapat digunakan sebagai tiket untuk ke surga kelas VVIP.
Apakah Megatruh tak ingin ke surga? Well, dia tidak keberatan masuk surga.
Kenapa tidak berlomba-lomba mencari pahala?
Ah, tentang itu dia berpegang pada sebuah janji. Janji yang mengatakan bahwa cukup dengan keyakinan, hanya dengan percaya sampai akhir, maka seseorang akan dijamin masuk surga.
Eh, janji itu akan ditepati kan?
(matikutu)
Dia merasa cukup di surga paling bawah. Bahkan dia merasa, saat ini dia sudah menikmati hidup tanpa perlu serakah menumpuk pahala dengan berbagai cara. Jika dia mendapat surga seperti kehidupan dia saat ini, tanpa ditambah apapun, dia sudah cukup senang.
Bukankah bersyukur itu juga sebuah kenikmatan?
Ok, tapi jika kamu seperti sekarang ini, kamu akan dilempar ke neraka dulu jutaan tahun sebelum akhirnya dimasukkan ke surga.
Tentang itu dia juga sudah punya jawaban: bukankah surga, dengan segala kenikmatannya, baru akan benar-benar dinikmati jika kita telah mengalami segala siksa dan kesengsaraan?
Seperti nasi tanpa lauk bagi orang yang dua hari tidak makan.
Catatan Dosa.
#Megatruh
Dia melihat tulisan di salah satu "nasihat orang beriman":
Jika saja catatan dosa terlihat. Betapa malunya. Untung tak terlihat sehingga dosa anda tak ada yang tahu. Segera bertobatlah...
Hm, dia malah berpikir:
Lah, malah bagus kan, harusnya terlihat saja, biar pelaku malu dan berpikir berkali-kali sebelum bertindak, atau bahkan malah tak jadi bertindak
Tapi nyatanya tidak kan, catatan dosa tak pernah terlihat, :)
Konsep "jika" ini sangat bagus, tetapi karena cuma "jika", maka tak efektif.
Dia melihat tulisan di salah satu "nasihat orang beriman":
Jika saja catatan dosa terlihat. Betapa malunya. Untung tak terlihat sehingga dosa anda tak ada yang tahu. Segera bertobatlah...
Hm, dia malah berpikir:
Lah, malah bagus kan, harusnya terlihat saja, biar pelaku malu dan berpikir berkali-kali sebelum bertindak, atau bahkan malah tak jadi bertindak
Tapi nyatanya tidak kan, catatan dosa tak pernah terlihat, :)
Konsep "jika" ini sangat bagus, tetapi karena cuma "jika", maka tak efektif.
Cluster Growth Simulation.
Using Python with Numpy and Matplotlib
"""
Cluster
"""
import numpy as np #untuk operasi array
import matplotlib.pyplot as plt #untuk gambar grafik
import matplotlib.animation as animation #untuk menggerakkan grafik
fig, ax = plt.subplots()
plt.ylim(0,40)
plt.xlim(0,40)
#variabel
n = 39
x = 19
y = 19
a = np.zeros((n,n))
a0 = np.zeros((n,n))
a0[x,y] = 1
a[:,:]=a0[:,:]
#print a
#membuat garis/kurva dengan sumbu-x adalah x, sumbu-y adalah y
line, = ax.plot(x, y, 'o')
def animate(i):
global line
for i in np.arange(1,n-1):
for j in np.arange(1,n-1):
if a0[i,j]==1:
x = i + np.random.randint(-1,2)
y = j + np.random.randint(-1,2)
if a[x,y]!=1:
a[x,y] = 1
line, = ax.plot(x,y,'o')
a0[:,:] = a[:,:]
return line,
ani = animation.FuncAnimation(fig, animate, frames=2000, interval=100, blit=False)
ani.save('cluster.mp4',bitrate=1024)
#plt.show()
Monday, February 29, 2016
Tas Kulit
Keluar toko.
Tangan kiri menenteng tas plastik besar.
Tangan kanan memegang tas ransel setengah terbuka, berusaha mengorek-korek isi tas dengan tangan kiri yang juga sedang sibuk menahan agar roti yang barusan dibeli tidak berhamburan keluar. Dia menyesal telah begitu saja menyumpalkan kunci motor ke dalam tas ketika masuk toko tadi. Akan lebih praktis jika masuk saku.
Hujan yang tadi super deras baru saja reda.
Berpapasan dengan pria berpakaian jas hitam ber-tas jinjing kulit, tersenyum ramah. Dia hanya mengangguk seadanya. Masih mengaduk tas.
"Barusan reda mas" Orang itu mengiringi.
"Inggih pak". Ah, itu dia, tangannya meyenggol benda familier, bersuara gemerincing kunci.
"Saya seharian belum makan"
"Hehehe, saya juga pak, saya biasanya makan pagi sama malam. Siang gak pernah." Walah, kuncinya masuk lebih dalam di sela-sela headset dan ipod yang entah tahun berapa dia terakhir kali memakainya.
"Saya lapar"
"Nggih, saya juga. Tadi gak sempat sarapan, berangkat ngajar-nya kesiangan". Menarik keluar kunci. Dan berbonus benda merah kusut pipih panjang. Seperti spagetti dengan saus merah entah apa. Uh, ngapain pakai acara tersangkut kabel headset segala.
"Bisa minta uang Dik?"
Akhirnya sampai juga ke motor, punya istrinya yang dibeli sepuluh tahun lalu. Mengaitkan tas plastik besar ke kait depan tidak mudah. Akhirnya dia putuskan untuk dipangku saja, tapi nanti pasti agak kikuk ketika motor jalan.
"Kalo lapar, saya tadi beli roti pak. Buat ulang tahun istri. Bukan yang besar, saya tadi beli yang kecil juga, empat buah. Saya buka jatah saya ya, kita bagi dua, saya juga lapar "
"Gak suka roti mas"
Panggilannya sudah berubah.
"Oh, mari makan ke rumah saja ya. Istri saya masakannya enak lho. Sekalian njenengan bawakan tas plastik roti ini, saya kesulitan bawa"
"Wah, gak usah mas"
"Oh, ya sudah" mengambil uang dua ribu tuk tuk bayar parkir. Hampir saja plastik rotinya terjatuh,
"Uang saja mas"
"Maaf, apa pak?" Memandang aneh karena si bapak tak mau membantu. Bukannya ingin dibantu sih.
"Saya minta sodaqoh pak" panggilannya berubah lagi
"Apa itu pak". Kunci kontak motor akhirnya terpegang juga, sebuah prestasi yang patut diacungi jempol karena isi tas tidak berhamburan keluar. Eits, gak usah mengacungkan jempol, nanti rotinya jatuh.
"Saya minta sumbangan"
"Sebentar pak" sulit juga ngobrol sambil membetulkan letak kotak kue dengan jari-jari tangan kanan menjepit lembaran dua ribuan. Akhirnya dia gantung saja di setang sepeda sebelah kiri.
"Sumbangan apa pak?"
"Ya sumbangan uang mas" hm, panggilan si bapak ini tidak konsisten. Tetapi kalo dipikir, pakaian si bapak juga tidak konsisten dengan "pekerjaannya"
Dia memandang jas yang dikenakan, juga tas jinjing kulit yang sudah pasti jauh lebih mahal dari tas ransel ber-resleting-semi-jebol yang dia pakai. Spontan lihat sepatu, nah itu dia, juga kulit. Secara penampilan dia kalah jauh, karena kemana-mana dia pake sepatu jogging, bahkan saat mengajar dengan atasan batik.
"Ini pak" dia serahkan uang dua ribu yang sedianya buat parkir.
Si bapak setelah menerima langsung ngeloyor pergi.
Ambil dua ribuan lagi deh. Ngobrak-abrik isi tas. Kali ini cari recehan, mungkin ada koin lima ratusan empat buah.
Ada.
Sepanjang jalan dia merenung. Dengan kue ultah yang dia putuskan untuk ditenteng sambil melajukan motor pelan-pelan dengan satu tangan.
Bagaimana jika bapak itu punya anak?
Bagaimana jika dia "bekerja" seperti itu untuk menyekolahkan anaknya
Bagaimana jika anaknya tak tahu kalo bapaknya dinas di emperan sebuah toko roti
Dia bahkan tak tahu kalo penghasilan bapak itu halal. Karena beda dengan tukang parkir, meski sama-sama mendapatkan dua ribu, tukang parkir memiliki deskripsi kerja yang jelas.
Tapi dia tahu satu hal
Dia gak mau nanti anaknya malu karena bapaknya "bekerja" sebagai peminta-minta di jalan.
#Megatruh
Subscribe to:
Posts (Atom)
My sky is high, blue, bright and silent.
Nugroho's (almost like junk) blog
By: Nugroho Adi Pramono
323f
(5)
amp
(1)
android
(12)
apple
(7)
arduino
(18)
art
(1)
assembler
(21)
astina
(4)
ATTiny
(23)
blackberry
(4)
camera
(3)
canon
(2)
cerita
(2)
computer
(106)
crazyness
(11)
debian
(1)
delphi
(39)
diary
(286)
flash
(8)
fortran
(6)
freebsd
(6)
google apps script
(8)
guitar
(2)
HTML5
(10)
IFTTT
(7)
Instagram
(7)
internet
(12)
iOS
(5)
iPad
(6)
iPhone
(5)
java
(1)
javascript
(1)
keynote
(2)
LaTeX
(6)
lazarus
(1)
linux
(29)
lion
(15)
mac
(28)
macbook air
(8)
macbook pro
(3)
macOS
(1)
Math
(3)
mathematica
(1)
maverick
(6)
mazda
(4)
microcontroler
(35)
mountain lion
(2)
music
(37)
netbook
(1)
nugnux
(6)
os x
(36)
php
(1)
Physicist
(29)
Picture
(3)
programming
(189)
Python
(109)
S2
(13)
software
(7)
Soliloquy
(125)
Ubuntu
(5)
unix
(4)
Video
(8)
wayang
(3)
yosemite
(3)