Thursday, December 1, 2011
iPad 1 Mirorring without Cydia's DisplayOut on iOS 4.3.3
Tuesday, November 29, 2011
Goyang Asolole
Monday, November 14, 2011
DropBox as iCloud-like Cloud
iCloud coming this fall bringing cloud computing capability to OS X Lion and iOS 5. So Mac user and iDevice (iPhone, iPod Touch, iPad) always have their data synced among their device.
I have a Macbook and an iPad. Unfortunately its OS is still old Snow Leopard and iOS 4.3.3 respectively. I tried to register at icloud.com but maybe apple had "track record" of my device because it ask me to upgrade my mac. Hm, I wonder why Windows Vista, an old released OS, is supported while 2009 released Snow Leopard is not.
Rumors is spread that Apple will bring iCloud capability to Snow Leopard through next 10.6.9 update. While it's good to be true, I've had applied cloud solution slightly longer than apple do, using Dropbox.
Using Dropbox, we can sync files on multiple device. Dropbox upload a file to Dropbox server and then the devices, with Dropbox client installed, compare file version in its local Dropbox folder.
Dropbox is also able to sync via LAN, resulting a faster sync.
Dropbox is available at appstore as free apps.
Saturday, November 12, 2011
iPad as Display Remote Device from Anywhere using iTeleport
We're already know we could access display of computer from other computer using software like VNC, provided we can "reach directly" that computer over network.
If we're using free hotspot or LAN network behind NAT, there is no problem about it, however, if remote display behind NAT it's likely we can't access our remote display easily.
Fortunately, for iPad user, there is iTeleport, an apps used for remote display client. It's act as common remote display through LAN but it's not just that. iTeleport has capability to remote a computer display from anywhere in the world (with internet acces, of course) through gmail connection.
One minor issue is keyboard. From screenshot, it's obvious that my mac use dvorak layout, however my ipad keyboard is still presenting QWERTZ keyboard; the result is gibberish character output if we type using default floating keyboard as is. Can be solved by setting back mac keyboard to QWERTZ.
iTeleport can be obtained at iTunes store. Here excerpt description from AppStore.
Teleport yourself to your computer from anywhere in the world. With its intuitive and patent-pending interface, iTeleport gives you full control of your computer's mouse and keyboard, and provides a rich visual display of your computer screens, without any screen resolution limit....
Friday, November 11, 2011
iPad Mirroring
Yeah, as we know, iPad2 have video mirroring feature using its HDMI cable whereas we, iPad user, stuck with "keynote only" VGA adapter, but there is alternative.
There are app designed to mirorring at iPad named DisplayOut. This app, as mentioned by its name, bring mirroring capability on iPad.
DisplayOut is available to purchase at Cydia. Available at Cydia means your iPad must already jailbroken.
I don't really know if this app work with iPad dock to VGA adapter as I didn't purchase it yet. But if you googling, you'll find there is problem with VGA adapter; it just give black screen. AV component seems have no problem though.
Jailbreaking is legal (at least in US) despite its voided warranty, so it's worth to try this app.
Berdamai dengan Blogger
Ada yang aneh saat saya mengunjungi dashboard blogger untuk mengedit kesalahan ketik pada beberapa posting. Ada semacam notifikasi yang menyarankan saya untuk mengupgrade template. Hm, emang kenapa dengan template lama saya? Namun penasaran juga akhirnya sehingga saya meng-klik tab template dan wow....
Halaman template sudah sangat berubah, wuih. Ada tawaran untuk merubah ke template dynamic view, artinya pengunjung bisa memilih sendiri format blog saat membaca blog saya; bisa model classic, magazine, ... . Ternyata blog saya tidak mau berubah ke format ini. Lah, lha terus kenapa haru upgrade template kalo gak boleh memilih template yang terupgrade? Eh, tapi ada 'learn more', hm, lihat dulu.
Ternyata untuk dapat menggunakan template dynamic view saya harus mengubah RSS feed dari 'few' menjadi 'full', OK. Nah, sudah bisa memakai template view namun, untuk jaga-jaga, saya full-backup dulu template yang lama.
Ternyata template dynamic view memang lumayan bagus. Pengguna bisa memilih tampilan blog saat mengunjungi blok kita. Namun saya kurang cocok karena tidak ada yang mendekati template lama saya yang memiliki side bar berisi macam-macam.
Akhirnya saya kembali ke template lama saya.
Masalahnya, saya terlanjur melihat dan menyukai fitur-fitur di template yang baru. Pikir-pikir sebentar, akhirnya coba template baru, memberi kesempatan untuk kemajuan, :).
Masalah baru. Saya berusaha agar template yang baru memiliki tampilan seperti template lama saya. Saya menghias template lama saya dengan mengedit CSS namun saya tidak bisa melakukannya dengan template yang baru. Alhasil, sayay gagal membuat template yang baru memiliki cita-rasa template saya yang lama.
Konyol. Akhirnya saya kembali lagi ke template lama. Berusaha agar fitur template yang baru bisa saya terapkan di template lama saya. Setelah googling agak lama, akhirnya ketemu juga caranya.
Teenyata ini adalah pekerjaan yang 'tedious', uh.
Nyerah, pakai template baru tapi bukan yang dynamic. Sambil berusaha pelan-pelan mengembalikan cita rasa lama.
Musik
"Bagaikan sendok dan garpu, kita selalu bertemu..."
"...murah sandang pangan, seger kuwarasan..."
"...kau yang kuanggap sebagai teman biasa..."
Yeah, itu adalah cuplikan syair-syair lagu jadul akhir 80-an yang sering kudengar saat masih kecil, belum sekolah, di rumah tidak ada TV, hanya radio 4-band tanpa fm --mungkin jaman dulu siaran fm juga belum ada.
Kami memiliki tape namun aku tidak mengerti sebagian musik yang diputar bapak dan ibuk, seingatku aku hanya menyukai lagu 'jarum neraka'-ny Nicky Astria dan satu lagu barat yang hingga kini aku tidak pernah tahu nama penyanyi dan judulnya; (masih berusaha mendapatkan lagu itu hingga kini).
Saat masih kecil musik favoritku adalah musik live kuda lumping...
"Bebek-bebek ku, mari kemari
ikutlah aku ke kebun bibi
Di sana banyak kesukanmu
Cacing yang gemuk hei ayo diserbu
Wek wek wek sungguh ramainya
Wek wek wek bersukaria"
--lagu saat TK--
"...andai di pisah, laut dan pantai..."
"...bila kudengar kicau burung di sana..."
"...abang tukang bakso, mari dong ke mari..."
"...hujan di malam minggu, aku tak datang padamu..."
Saat SD, di rumah sudah ada TV hitam putih; sering jadi masalah saat melihat siaran langsung liga inggris (atas kerja sama dengan SDSB, :) ) karena jika pemain menggunakan kaos hijau dan merah tidak akan ada bedanya, hihihi. Referensi musikku adalah 'Panggung Gembira Anak-anak' dan 'Album Minggu Kita'. Berbagai aliran musik campur aduk di situ.
Saat SD aku sudah menyukai Ebiet G Ade karena sering diputar oleh bapak di radio-tape baru kami. Lagu-lagu yang kusukai (karena hanya itu yang kutahu) adalah lagu-lagu dari Nike Ardila, Desy Ratnasari, Jefry Bule, Farid Hardja, Merry Andani, Doel Sumbang, Nini Karlina, Deddy Dores, Ria Enes & Suzan, Johny Iskandar, Ona Sutra, Rhoma Irama, Asep Irama, Bintang-bintang MSC. Hm, secara statistik, saat itu lagu yang kusukai adalah lagu-dangdut-rancak.
Karena tidak ada acara live musik yang lain, maka musik live yang kusukai saat SD tetap musik kuda lumping.
"...muda mudi jaman sekarang..."
"...hati tenang melaut..."
"...selamat tinggal teluk bayur permai..."
"...malam minggu aye pergi ke bioskop..."
"...Oemar Baaaa...kri..."
Koes Plus masuk ke dalam list lagu kesukaanku saat SMP. Hal ini tak lepas dari ekstra musik yang kuikuti saat itu, gitar baru yang kumiliki dan lagu-lagu Koes Plus yang "kuncinya gampang".
Selain itu, saat SMP bibit-bibit jiwa pemberontak mulai muncul sehingga aku juga mulai menyukai musik-musik Iwan Fals. Band SMP-ku mengusung lagu-lagu 'Top Forty', artinya aku harus menguasai lagu-lagu oldies semacam 'Teluk Bayur', lagu keroncong semacam 'Dinda Bestari', lagu dangdut seperti 'Surga Dunia', juga 'Top Forty' lain semacam 'Karmila', 'Malam Minggu', 'Selamat Tinggal (Five Minutes)'; Top Forty dalam artian lagu-lagu yang diminati di daerahku saat itu.
Kuda lumping bukan lagi menjadi musik live kesukaanku karena aku lebih suka tampil live dipanggung. Yeah, aku menyukai live-musik-ku sendiri.
"...mengurung diri dalam kamarnya, dan dibilang bunting... (Jamrud)"
"...tampil konyol kayak kami banyak mereka benci namun kutak peduli...aku kan tetap bernyanyi walau dicaci maki nanti bosan sendiri...aku bukanlah pencuri dan bukan tukang judi dan pemakai ekstasi... (Metalik Klinik)"
"...kuingin kau mengerti betapa kumerindukan... (boomerang)"
"...jangan lagi kau dekati diriku... (DOT)"
"...uwooo ooouuwwoo suwit cailt o maaaiiin.... ( sweet child o' mine, Guns N Roses)"
"...oh ibuku, pergi ke pasar... (ska klinik)"
"...dunia belum berakhir... (shaden)"
Yeah, bibit pemberontak sudah tumbuh subur saat SMU. Babon Band adalah nama band-ku saat itu, dengan dua drummer, satu basis, dua gitaris (salah satunya aku yang juga merangkap keyboard plus backing-screaming vokal, heheh), dan banyak vokalis. Yeah, susunannya memang amburadul karena jika ada 'job' tidak semua pasti bisa datang karena malam hari (rumah jauh), atau minggu siang hari (loh); yeah, drummerku kerja minggu di waduk jadi nahkoda perahu wisata.
Kami memang perlu vokalis banyak karena aliran Babon band adalah rock, pop, ska, underground, dangdut. Jadi, seperti di SMP Babon band juga beraliran 'Top Forty', hehehe.
Tiap ada pertunjukkan kuda lumping aku tetap datang namun bukan karena aku kembali menyukai 'musik live gamelan kuda lumping' melainkan 'melihat yang melihat'.
Selain punya band, aku juga direkrut sebagai pemain musik keroncong. Awalnya sebagai gitaris melodi, namun segera ganti posisi karena dianggap melodi-melodiku 'tidak punya feel keroncong' (tentu saja, lihat saja lagu-lagu yang biasa kumainkan).
Kemudian aku disuruh memainkan biola. Seminggu aku berlatih biola di rumah siang hari, gak berani malam hari karena latihan di siang hari pun ibu sudah komentar "Volumenya apa nggak bisa dikecilin? Eneg aku mendengar suara fals biolamu yang kayak orang asma", uh, selain itu volume suara biola tidak bisa dikecilkan sehingga lebih aman latihan siang hari. Pun begitu, dengan alasan yang sudah kita ketahui bersama, akhirnya posisi terakhirku adalah pemain standing bass (aku menolak mentah-mentah posisi walking bass karena menghargai jemariku, sayang kalo melepuh). Di keroncong pemain standing bass bisa memainkannya sambil ngopi ataupun tidur-tidur ayam, nyaman sekali.
"...when marimba rhytm start to play, play with me, make me sway,..."
"...sunyi sepi malam, tanpa sinar bulan
sesunyi diriku sendiri dalam penantian..."
"...volare... Wooouuuwwoooo..."
"...I love you baby..."
"...you just too good to be true, can't take my eyes of you..."
"...kala kupandang kerlip bintang nun jauh di sana..."
"...walau kini engkau telah tiada tak kembali, namun kotamu hadirkan senyummu abadi... (Kla) "
"...setidaknya aku punya wajahmu malam ini... (mbA)"
"...takkan pernah ku berpaling dari cintamu... (DoReMi)"
"Ok, C Cmaj7 C7 F Fm C Dm7 G C"
"Bdim itu yang gini lho" (mas Mamat)
"Bisa ngiringi biolaku pake gitar? Kita tampil di depan rektor memainkan 'Canon in D' (mbak Tutut, dosen Sastra)"
"Eh, gimana kalo intronya kita hajar pake accord G7#9b5 ?" (ngobrol sama Supri tentang lagu 'Guru Indonesia')
"Mas, ini gitarnya fals, gak bisa nggitar, ngantuk, atau memang suaranya 'nyisih' gitu ya?" (komentar mas operator saat rekaman live di studio saat mendengar intro lagu dengan kunci G7#9b5)
Yeah, saat kuliah aku direkrut ke sebuah band beraliran oldies. Sebagai rocker, tentu saja aku kelabakan disodori segunung lagu dengan kunci-kunci aneh. Bayangkan, setelah biasa shredding gitar dengan power chord yang hanya butuh dua jari sekarang aku harus berusaha keras menguasai kunci-kunci dalam posisi aneh yang memerlukan keempat jariku sekaligus, fiuh.
Untunglah aku direkrut sebagai 'tukang melodi', jadi jika jari sudah mulai menyerah maka kuakali dengan melodi-melodi sisipan, hehehe.
Doremi dan mbA band adalah band yang sama. Doremi berformat full akustik sedangkan mbA berformat hm, mungkin amburadul adalah kata yang tepat, bisa akustik, bisa elektrik, bisa diantara keduanya. Band ini mengusung lagu-lagu oldies beraliran pop, latin, rock, dangdut, campursari, keroncong.
Sudah jarang menonton kuda lumping soalnya jarang pulang kampung.
My sky is high, blue, bright and silent.
Nugroho's (almost like junk) blog
By: Nugroho Adi Pramono