dan malam tiba tanpa tergesa.
Kadang yang kuinginkan hanya menunggu
bayangan tempat ku sembunyi meninggalkanku.
Kutahu
lebih mudah tuk lari
daripada menatap matamu.
Tapi ku kan tinggikan naungan ke angkasa.
Dan disini
dibawah bintang-bintang malam ini
Aku berbaring.
Dia akan perlahan bersinar
saat setelah malam terpanjang
kubangun dari terkapar
Mimpi-mimpi berguncang
menggemakan lonceng
membuka paksa mata lelahku
dengan hujaman cahaya
semua memori mengalir bergolak
menusuk masuk
ke dalam kepala
Di lilin hati
Di lilin hati
Di cermin jiwa
dia berdansa
Dia berdansa
di ranjang
di ranjang
melintasi malam
remang gulita
Dan terhuyung ke jendela
tuk menghempaskan tabir
ke dinding dia bergulir
Dan terdengarlah suara merdu
Dari menara gading nan syahdu
‘“Biarkan cahaya melingkupimu"
sudah lama
tuk merasa
namun akhirnya
dia hanya melihat
hanya melihat
hitam
putih
putih
hitam
hitam
putih
Surga seharusnya lebih dari ini
Saat malaikat mengecup tuk bangunkanmu dari mimpi
Hati suci tak kan tersakiti
tapi bukan hatiku
hatiku tak kan sama lagi
Dia berdiri di jendela
bayangnya perlahan sirna
Dan terdengarlah suara merdu
Dari menara gading nan syahdu
‘“Biarkan cahaya melingkupimu”
namun telah kembali
saat terdengar serpihan tajam kaca
bergerincing di sekitarku
ku pernah hempaskan
semangat ke jurang menganga
namun kali ini
kan kugenggam erat
kuangkat tinggi
dia bisikkan kata-kata
tuk jernihkan jiwa
sekali ku melihat
sekarang ku buta
Kutahu
lebih mudah tuk lari
daripada menatap matamu.
tapi
telah kuberi semua
yang kupunya
kini tersisa
candu yang harus juga binasa
Malam ini
masih disini
terkapar tak berdaya
diselimuti cahaya
(Surrounded by Dream Theater on Images and Words)
No comments:
Post a Comment