Lama tak lihat, hari ini saya kembali menyaksikan Oma Irama di TV, bukan sebagai Jaka Swara atau Satria Bergitar (itu kategori "lama") tapi tampil secara live bersama Soneta Group.
Memangnya ada yang aneh? Gak sih, berdasarkan standart lama. Tapi aneh jika dilihat dari acara "live" yang bertebaran di berbagai stasiun TV.
Jika dilihat, saat Oma tampil, panggung bersih dari gangguan.
Memang beda ya?
Tentu saja, lihat saja acara-acara panggung live sekarang, jika ada artist tampil, pembawa acara yang jumlahnya sampai empat (atau bahkan tujuh) tetap di atas panggung. Mereka sok ikut joget sebagai penari latar atau berperan sebagai video klip lagu yang sedang dinyanyikan. Walaupun tentu saja ngawur, belum tentu cocok dengan musiknya.
Parahnya, justru kadang itu yang jadi perhatian penonton sekarang, lihat saja rating-rating acara itu. Daya tarik justru ada pada pembawa acara, artist hanya tampil sebagai objek lucu-lucuan; tak ada yang benar-benar menikmati penampilan murni dari artist
Terlepas dari kualitas artist, lagu yang itu-itu saja atau penampilan lipsync di panggung, cara pandang dan perlakuan terhadap artis sekarang telah berubah.
Dulu, artis seperti raja. Kita benar-benar menikmati lagu dan penampilan di atas panggung, meski hanya artist solo, sendirian nyanyi di atas panggung.
Artis sinetron atau film juga mendapat respek yang sangat tinggi.
Tentu saja kalo kita melihat film-film tau video klip lama kadang sambil senyum-senyum karena kekakuannya, walaupun kadang konsepnya bagus. Hal ini mungkin karena produser atau sutradara tidak cukup berani tuk memaksa artis melakukan sesuai maksudnya. Atau mungkin bagi sutradara jaman dulu itu sudah cukup bagus, atau memang gak ada artis lain, :)
Sekarang, produserlah rajanya. Entah karena model film atau sinetron kejar tayang yang tampil harian atau faktor lain, sekarang artis sinetron tak ubahnya seperti "jika kamu gak menurut, masih ada yang lain yang mau". Dari segi bisnis, iyu sangat wajar, dari segi bisnis...
Penyanyi, yeah, lihat saja tampilan mereka di panggung. Sebagian besar lipsync dan penonton tahu itu, tak menarik. Dan tugas pembaa acara adalah membuat acara "menarik", sehingga muncullah ide sebagai penari latar, live video clip model, dan pada kasus ekstrim yang membuat saya sering cepat-cepat ganti channel adalah mereka nerinisiatif untuk menambah suara dua, pada suara lipsync si artis yang bahkan artis aslinya tidak berani melakukan...
Yeah, selalu dua sisi ekstrim. Kenapa film di luar negeri atau acara semacam american idol sangat menarik? Dan setelah diadopsi ke indonesia jadi hambar?
Karena di sana bukan artis atau produser rajanya, tapi kualitas, mereka mengesampingkan "kamu siapa" dan "aku ini...". Lihat saja casting mereka.
Bisakah kita seperti itu? Tentu saja. (Yakin)
Kapan?
Err, anu..,
( :) )