Jum'at pagi yang indah, seperti lagu pak AT Mahmud
udara cerah,
berlangit biru,
ingin aku bersenang-senang bersamamu
bernyannyi-nyanyi dan menari
di alam bebas dan lepas seperti ini
tralala lala la,
hati suka cita
trilili lili li,
hati berseri
Begitu juga aku, semangat. Menunggu paman matahari terbit, aku ke halaman depan, ucapkan selamat pagi ke teman-temanku. Satu bonsai beringin, dua pohon "lirik si dia", dua pohon bayam (mm, mungkin berlebihan kalo di bilang pohon, ok, dua
semak bayam, waduh, malah gk pantas), dua pohon pepaya yang baru tumbuh tunas barunya sebab baru kutebang sebulan yang lalu sebab baru saja musim baru telah datang menggantikan kemarau, dan hujan yang baru-baru ini agak deras hampir saja merobohkan mereka (sudah,.. kebanyakan kata 'baru'), bunga mangkok (sebenarnya daunnya yang berbentuk mangkok), pohon mengkudu yang kupaksa merunduk pake rafia, dan ketela pohon yang roboh.
Paman matahari muncul saat aku mencabuti rumput pengganggu. Di halaman lazy-home ku, ada dua jenis rumput, rumput pengganggu dan rumput 'bagus', yang kubeli di spleendid. Di dalam rumah cuma satu jenis rumput, rumput jepang.
fiuh, banyak juga rumput pengganggunya, malah ada 'ri kucingan'. Jadi aku pake cara brutal, pakai sabit.
Anggun masih tidur, sama sekali gak denger, walau aku menyabit rumput dengan cara-cara paling gaduh dan enerjik yang kuketahui. Kayaknya dia keracunan cumi-cumi yang kami makan tadi malam.
kemarin malam, jam 9. Kami bangun, lho...? Iya soale sorenya KO habis kehujanan. Rencananya Anggun mau ke warnet, dafftar PNS Pusat Online. Tentu saja orang baru bangun, selalu gak fokus, dan tentu saja merasa lapar, dan tentu saja orang kalo lapar daya penciumannya menjadi sangat kuat. Jadi, sewaktu aku maunya mbelokkan sepedaku ke warnet, eh ternyata tanganku menolak dan memaksa terus sedikit dan masuk sebuah warung, eh, ternyata kafe seafood. Yeah, dalam keadaan nglindur, atau setengah sadar, atau mbangkong, atau istilah2 semacam itu. Kami pesan squidword bakar asam manis dua porsi, yang dipandang aneh sama penjualnya. Dan orang ngantuk gk sempat mikir kenapa kok dipandang kayak gitu.
Ternyata, satu porsi cumi didesain untuk dua orang, wak...
Jadi begitulah, kami gak jadi ke warnet karena, seperti orang kelaparan, orang kekenyangan juga maunya tidur. Maka, setelah bangun, dan makan, kami tidur lagi.
Sampai pagi ini.
Nah, saat aku mikir apa sebaiknya Anggun di bangunkan dengan segenggam rumput di hidungnya, ada yang datang menghampiriku. Aku pura-pura cuek, eh dia malah mendekat.
Dia diam di depanku sambil nunggu, sama sekali tidak bicara dan tidak terganggu sama kegiatanku yang kubuat-buat agar tampak sangat sibuk dan sangat rumit. Dia tetap diam.
Akhirnya aku kalah, dia tetap diam.
Kuamati, ternyata manis, dan langsing kalo tidak malah terlalu kurus.
Aku menuju pintu rumah, dia ikut, dalam diam. Aku masuk, dia tampak ragu, akhirnya ikut masuk. Wah, kok jadi gini. Aku gak punya makanan, belum masak, tapi punya snack. Maka kuberi dia Lays keripik kentang, masih ada satu bungkus yang belum dibuka.
HAH, masak minta disuap?? Tapi dia kayaknya suka sama aku. Anggun, yang baru bangun, juga suka dia. Waktu kuusulkan agar dia jadi "Anggota Keluarga Lazy Home", dia setuju.
Maka, kuminta Anggun jaga dia, sementara aku beli makanan untuk dia. Soalnya, waktu Anggun buat mi instan, dia gak tertarik sama sekali.
Dia suka makanan yang kubelikan. Hanya satu masalah, dia nggak mau menyebut nama.
Karena dia manis, maka kupanggil dia Manis. Tapi dia cuek dan tetap makan. Maka kupanggil dengan panggilan standar, Pus. Sambil makan pindang dia menyahut "Meong..." (artinya iya).
Akhirnya, Lazy Home bertambah satu anggota. Aku, Anggun dan si Pus.