Pagi ini sebelum ngampus seperti biasa teriak-teriak di loteng dulu. Namun kali ini lain, jika biasanya langsung nggebuki drum sekitar sejam atau dua jam, kali ini tanganku meraih tuts piano. Nyalakan, pilih stereo grand piano, kaki meraih sustain secara otomatis.
Kumainkan Terlalu Lama Sendiri dari Kunto Aji.
Eh, tunggu
ada yang aneh.
Aku bisa memainkannya dengan lancar.
Padahal pake nada aslinya, nada dasar A. Tangga nada dengan tiga tuts hitam di piano.
Wow, ulang lagi ah.
Dan benar saja, jari-jari ini dengan santai menekan AMaj7, kunci dengan dua tuts hitam. Juga DMaj7 (atau F#m/D bagi yang tak terbiasa dengan nama serem).
Hm, sejak kapan aku bisa main kayak gini? Biasanya selalu terintimidasi dengan tuts-tuts hitam.
Biasanya paling ekstrim (selain yang normal C), aku hanya main piano dengan nada dasar G, F. Paling mentok ya D.
Mungkin "Practice make Perfect" ada benarnya. (gak juga, aku jarang berlatih :D )
Wednesday, February 3, 2016
Saturday, January 30, 2016
Thursday, January 28, 2016
Budaya
Pagi.
Alfa, Beta dan ibuknya sudah berangkat.
Kututup semua pintu depan.
Naik ke loteng.
Nyalakan macbook. Hari ini ingin belajar pattern drum jazz-bossa atau swing tapi yang open handed, koordinasi kaki-tangan-ku masih kacau untuk genre ini.
Kucari lagu-lagu Laura Fygi.
Nemu yang lumayan cocok, All of Me.
Putar.
Loncat ke kursi drum, selagi masih intro bass.
Suara alto Laura mulai masuk.
Siap-siap, stik di tangan, drum akan masuk dalam tiga, dua , satu, ...
"dung, blang gen tak tung dung, blang gentak tung dung ..."
....
Suara campursari model koplo masuk ke telinga dengan kekuatan seperti tetangga yang punya hajat nikahkan putrinya.
Eh, tunggu...
Memang ada tetangga yang nikahkan putrinya. Dan itu hari ini, walah.
#####
Telentang di karpet,.
Stik drum tersisa satu, entah di mana pasangannya.
Teriakan Laura Fygi yang biasanya bergema di kamar atas kalah dengan "Lingsir Wengi" yang dilanjut dengan "Burung dalam sangkar" nya Panbers yang dilanjut dengan "Manusia Biasa" Radja. Entah bagaimana si juru sound bisa memiliki playlist ajaib macam itu.
Tentu saja speaker mungil 3 Watt di kamarku tak bakal bisa mengimbangi tumpukan cabinet 5000Watt yang volumenya di-set maksimal.
Mandi aja. Mengistirahatkan telinga di kampus.
Lah, pas di kamar mandi, suara sound system tetangga lambat laun dikecilkan dan akhirnya mati, weleh.
OK, gakpapa. Teruskan mandinya.
Selesai mandi. Nyalakan lagi Laura Fygi. Stik satunya ternyata menggelinding ke bawah sofa, tak masalah, vokal masuk, dan drum masuk dalam tiga, dua, satu...
Dok dok dok, kulonuwun.
:(
Tetangga memintaku datang ke rumahnya, kenduri. Standart rutin acara pengantin di sini.
Rupanya itu yang bikin suara musik berhenti.
Gak bisa pura-pura tidak ada di rumah, sepeda motorku kuletakkan di luar.
Gagal nge-drum lagi.
Untung sudah mandi, cuma perlu pakai celana yang "pantas", tak sampai semenit aku sudah di rumah tetangga. Terlambat beberapa detik, kudengar tetangga lain yang diundang sedang menjawab salam dari pemimpin doa.
Hiburanku pagi ini adalah, doanya dilantunkan dalam bahasa jawa kuno, bahasa yang familier bagiku, dan sudah lama tak kudengar, sejak lulus SMU.
Dan doa itu lama sekali, sangat menyenangkan, aku tahu artinya hampir keseluruhan sedangkan tetangga lain memiliki tatapan kosong dan mengucapkan "nggih", pengganti "amin", dalam timing yang kurang tepat. :)
Memang, aku tahu bahasa jawa klasik, tetapi aku tidak bisa membungkus nasi golong kenduri. Dari dulu selalu dibungkuskan orang.
Lha sekarang ini, semua celingak-celinguk, karena gak ada yang tahu caranya.
Akhirnya, dengan sedikit improvisasi, jadilah ini, :)
Monday, January 25, 2016
Akhir
Tarik napas....
Satu.
Dua.
Tiga.
Keluarkan...
###
Nun di atas sana, di dimensi yang hanya terlihatt sang Mata, Ishtar sang Dewi kesuburan tersenyum. Dia telah melakukan tugasnya, membawa cinta ke mereka, dan perang. Gio dan Diva di sampingnya
Seperti mata uang. Tak laku jika cuma ada satu sisi.
Seperti Gio dan Diva. Jika satu lenyap, satunya akan mencari hingga pelosok rimba terdalam.
Cinta dan perang, terlihat bertentangan.
Keduanya adalah Ishtar.
###
Hening.
Bahkan Alfa pun terlelap.
Hanya Bodhi yang terjaga, menatap damai ketiga teman gugusnya.
###
"Cuma gitu doang?" Dimas protes, berusaha merebut wireless keyboard dari pangkuan Reuben.
"Gak boleh, aku ingin endingnya kayak gitu, elegan..."
"Elegan apaan, tuh super menggantung. Sudah capek-capek membangun plot dan banyak twister, cuma diakhiri dengan keheningan, gak bisa..."
"Kan karakter Bodhi juga khas gitu, diakhiri dengan pesta? Malah gak banget, Bodhi gak punya tempat"
"Halah, kamu memang naksir Bodhi dari dulu, padahal itu ciptaanku kan"
"Jangan mengalihkan topik, endingnya harusnya..."
###
Sudah banyak kertas tempelan tercoret.
Dinding yang setahun ini penuh dengan kertas plot lambat laun mulai bersih, sudah pindah ke MacBook.
Satu kertas belum terlepas, bahkan belum ada tulisannya. Cuma kata #Ending tanpa isi.
Dewi Lestari, si empunya kertas, sedang sibuk bikin roti.
Satu.
Dua.
Tiga.
Keluarkan...
###
Nun di atas sana, di dimensi yang hanya terlihatt sang Mata, Ishtar sang Dewi kesuburan tersenyum. Dia telah melakukan tugasnya, membawa cinta ke mereka, dan perang. Gio dan Diva di sampingnya
Seperti mata uang. Tak laku jika cuma ada satu sisi.
Seperti Gio dan Diva. Jika satu lenyap, satunya akan mencari hingga pelosok rimba terdalam.
Cinta dan perang, terlihat bertentangan.
Keduanya adalah Ishtar.
###
Hening.
Bahkan Alfa pun terlelap.
Hanya Bodhi yang terjaga, menatap damai ketiga teman gugusnya.
###
"Cuma gitu doang?" Dimas protes, berusaha merebut wireless keyboard dari pangkuan Reuben.
"Gak boleh, aku ingin endingnya kayak gitu, elegan..."
"Elegan apaan, tuh super menggantung. Sudah capek-capek membangun plot dan banyak twister, cuma diakhiri dengan keheningan, gak bisa..."
"Kan karakter Bodhi juga khas gitu, diakhiri dengan pesta? Malah gak banget, Bodhi gak punya tempat"
"Halah, kamu memang naksir Bodhi dari dulu, padahal itu ciptaanku kan"
"Jangan mengalihkan topik, endingnya harusnya..."
###
Sudah banyak kertas tempelan tercoret.
Dinding yang setahun ini penuh dengan kertas plot lambat laun mulai bersih, sudah pindah ke MacBook.
Satu kertas belum terlepas, bahkan belum ada tulisannya. Cuma kata #Ending tanpa isi.
Dewi Lestari, si empunya kertas, sedang sibuk bikin roti.
The Sarcastic Magnus, :)
“I was proud that the four of us responded as a team. In perfect unison, like a well-oiled combat machine, we turned and ran for our lives.”
Excerpt From: Riordan, Rick. “Magnus Chase and the Sword of Summer.”
Saturday, January 23, 2016
Joke Agreement, :)
Among musicians, there's often silent agreement about joke or not. Just like this (I got it at the comment on Scott's Bass Lesson in Youtube)
They're having fun and not offended at all. I like this.
Subscribe to:
Posts (Atom)
My sky is high, blue, bright and silent.
Nugroho's (almost like junk) blog
By: Nugroho Adi Pramono
323f
(5)
amp
(1)
android
(12)
apple
(7)
arduino
(18)
art
(1)
assembler
(21)
astina
(4)
ATTiny
(23)
blackberry
(4)
camera
(3)
canon
(2)
cerita
(2)
computer
(106)
crazyness
(11)
debian
(1)
delphi
(39)
diary
(286)
flash
(8)
fortran
(6)
freebsd
(6)
google apps script
(8)
guitar
(2)
HTML5
(10)
IFTTT
(7)
Instagram
(7)
internet
(12)
iOS
(5)
iPad
(6)
iPhone
(5)
java
(1)
javascript
(1)
keynote
(2)
LaTeX
(6)
lazarus
(1)
linux
(29)
lion
(15)
mac
(28)
macbook air
(8)
macbook pro
(3)
macOS
(1)
Math
(3)
mathematica
(1)
maverick
(6)
mazda
(4)
microcontroler
(35)
mountain lion
(2)
music
(37)
netbook
(1)
nugnux
(6)
os x
(36)
php
(1)
Physicist
(29)
Picture
(3)
programming
(189)
Python
(109)
S2
(13)
software
(7)
Soliloquy
(125)
Ubuntu
(5)
unix
(4)
Video
(8)
wayang
(3)
yosemite
(3)