Yang tak terlupa, saat ada acara pembacaan surat YaaSin di rumah, ikut tradisi setempat, saat bapak meninggal.
Yeah, bapak meninggal, itu sulit dilupakan.
Tapi beberapa minggu ini ada yang mengungkit-ungkit kenangan itu lagi, kebakaran di Sumatera dan Kalimantan.
Bukan tentang bapak yang diungkit (mudah sekali mengingat kejadiaan itu), tetapi tentang asap.
Apa yang terjadi saat pembacaan surat YaaSin? Tentu saja, membaca surat YaaSin bersama-sama, diawali surat-surat pendek untuk pemanasan, Yaasin, trus doa-doa yang dipimpin secara estafet oleh dua pemuka agama.
Yang terungkit oleh kebakaran di SwarnaDwipa dan Borneo justru sebelum acara. Ketika tamu mulai datang dan menunggu yang lain. Harus menemui tamu itu jelas, dan kebanyakan mereka adalah perokok! Hm, mereka merokok sebelum mendoakan seseorang yang meninggal akibat rokok, ckckck.
Ketika acara akan mulai, tamu sudah semakin banyak, delapan puluh lebih. Ruangan sudah penuh hingga meluber ke halaman. Juga asap rokoknya.
Sehari, ..., OK
Dua hari, OOOOK...
Hari ketiga, KO..., ke bidan, kena radang tenggorokan parah, harus minum 7 jenis pil.
(dan ada dua pil yang mempunyai kandungan sama, sehingga dosisnya tanpa sengaja dobel, efeknya ketiga terbangun jam tiga pagi mau pipis, gak bisa gerak, otot kaku njarem, seperti habis berlari sprint sepuluh kilo, atau habis nabrak sedan diam dengan naik sepeda 80km/jam [sudah pernah mengalami, :) ])
That's it. Asap, cuma terpapar tiga hari, dan setiap hari hanya sekitar dua jam.
Bayangkan saudara kita di Sumatera dan Kalimantan. Mereka di Pulau Emas dan Borneo terpapar setiap saat selama berminggu-minggu. SwarnaDwipa sedang berduka.