Nugroho's blog.

Saturday, November 12, 2011

iPad as Display Remote Device from Anywhere using iTeleport

We're already know we could access display of computer from other computer using software like VNC, provided we can "reach directly" that computer over network.


If we're using free hotspot or LAN network behind NAT, there is no problem about it, however, if remote display behind NAT it's likely we can't access our remote display easily.

Fortunately, for iPad user, there is iTeleport, an apps used for remote display client. It's act as common remote display through LAN but it's not just that. iTeleport has capability to remote a computer display from anywhere in the world (with internet acces, of course) through gmail connection.

iTeleport

One minor issue is keyboard. From screenshot, it's obvious that my mac use dvorak layout, however my ipad keyboard is still presenting QWERTZ keyboard; the result is gibberish character output if we type using default floating keyboard as is. Can be solved by setting back mac keyboard to QWERTZ.

iTeleport can be obtained at iTunes store. Here excerpt description from AppStore.

Teleport yourself to your computer from anywhere in the world. With its intuitive and patent-pending interface, iTeleport gives you full control of your computer's mouse and keyboard, and provides a rich visual display of your computer screens, without any screen resolution limit....

Friday, November 11, 2011

iPad Mirroring

Yeah, as we know, iPad2 have video mirroring feature using its HDMI cable whereas we, iPad user, stuck with "keynote only" VGA adapter, but there is alternative.


There are app designed to mirorring at iPad named DisplayOut. This app, as mentioned by its name, bring mirroring capability on iPad.

DisplayOut is available to purchase at Cydia. Available at Cydia means your iPad must already jailbroken.

I don't really know if this app work with iPad dock to VGA adapter as I didn't purchase it yet. But if you googling, you'll find there is problem with VGA adapter; it just give black screen. AV component seems have no problem though.

Jailbreaking is legal (at least in US) despite its voided warranty, so it's worth to try this app.

Berdamai dengan Blogger

Ada yang aneh saat saya mengunjungi dashboard blogger untuk mengedit kesalahan ketik pada beberapa posting. Ada semacam notifikasi yang menyarankan saya untuk mengupgrade template. Hm, emang kenapa dengan template lama saya? Namun penasaran juga akhirnya sehingga saya meng-klik tab template dan wow....

Halaman template sudah sangat berubah, wuih. Ada tawaran untuk merubah ke template dynamic view, artinya pengunjung bisa memilih sendiri format blog saat membaca blog saya; bisa model classic, magazine, ... . Ternyata blog saya tidak mau berubah ke format ini. Lah, lha terus kenapa haru upgrade template kalo gak boleh memilih template yang terupgrade? Eh, tapi ada 'learn more', hm, lihat dulu.

Ternyata untuk dapat menggunakan template dynamic view saya harus mengubah RSS feed dari 'few' menjadi 'full', OK. Nah, sudah bisa memakai template view namun, untuk jaga-jaga, saya full-backup dulu template yang lama.

Ternyata template dynamic view memang lumayan bagus. Pengguna bisa memilih tampilan blog saat mengunjungi blok kita. Namun saya kurang cocok karena tidak ada yang mendekati template lama saya yang memiliki side bar berisi macam-macam.

Akhirnya saya kembali ke template lama saya.
Masalahnya, saya terlanjur melihat dan menyukai fitur-fitur di template yang baru. Pikir-pikir sebentar, akhirnya coba template baru, memberi kesempatan untuk kemajuan, :).

Masalah baru. Saya berusaha agar template yang baru memiliki tampilan seperti template lama saya. Saya menghias template lama saya dengan mengedit CSS namun saya tidak bisa melakukannya dengan template yang baru. Alhasil, sayay gagal membuat template yang baru memiliki cita-rasa template saya yang lama.

Konyol. Akhirnya saya kembali lagi ke template lama. Berusaha agar fitur template yang baru bisa saya terapkan di template lama saya. Setelah googling agak lama, akhirnya ketemu juga caranya.

Teenyata ini adalah pekerjaan yang 'tedious', uh.

Nyerah, pakai template baru tapi bukan yang dynamic. Sambil berusaha pelan-pelan mengembalikan cita rasa lama.

Musik

"Bagaikan sendok dan garpu, kita selalu bertemu..."
"...murah sandang pangan, seger kuwarasan..."
"...kau yang kuanggap sebagai teman biasa..."

Yeah, itu adalah cuplikan syair-syair lagu jadul akhir 80-an yang sering kudengar saat masih kecil, belum sekolah, di rumah tidak ada TV, hanya radio 4-band tanpa fm --mungkin jaman dulu siaran fm juga belum ada.

Kami memiliki tape namun aku tidak mengerti sebagian musik yang diputar bapak dan ibuk, seingatku aku hanya menyukai lagu 'jarum neraka'-ny Nicky Astria dan satu lagu barat yang hingga kini aku tidak pernah tahu nama penyanyi dan judulnya; (masih berusaha mendapatkan lagu itu hingga kini).

Saat masih kecil musik favoritku adalah musik live kuda lumping...

"Bebek-bebek ku, mari kemari
ikutlah aku ke kebun bibi
Di sana banyak kesukanmu
Cacing yang gemuk hei ayo diserbu
Wek wek wek sungguh ramainya
Wek wek wek bersukaria"
--lagu saat TK--

"...andai di pisah, laut dan pantai..."
"...bila kudengar kicau burung di sana..."
"...abang tukang bakso, mari dong ke mari..."
"...hujan di malam minggu, aku tak datang padamu..."

Saat SD, di rumah sudah ada TV hitam putih; sering jadi masalah saat melihat siaran langsung liga inggris (atas kerja sama dengan SDSB, :) ) karena jika pemain menggunakan kaos hijau dan merah tidak akan ada bedanya, hihihi. Referensi musikku adalah 'Panggung Gembira Anak-anak' dan 'Album Minggu Kita'. Berbagai aliran musik campur aduk di situ.

Saat SD aku sudah menyukai Ebiet G Ade karena sering diputar oleh bapak di radio-tape baru kami. Lagu-lagu yang kusukai (karena hanya itu yang kutahu) adalah lagu-lagu dari Nike Ardila, Desy Ratnasari, Jefry Bule, Farid Hardja, Merry Andani, Doel Sumbang, Nini Karlina, Deddy Dores, Ria Enes & Suzan, Johny Iskandar, Ona Sutra, Rhoma Irama, Asep Irama, Bintang-bintang MSC. Hm, secara statistik, saat itu lagu yang kusukai adalah lagu-dangdut-rancak.

Karena tidak ada acara live musik yang lain, maka musik live yang kusukai saat SD tetap musik kuda lumping.

"...muda mudi jaman sekarang..."
"...hati tenang melaut..."
"...selamat tinggal teluk bayur permai..."
"...malam minggu aye pergi ke bioskop..."
"...Oemar Baaaa...kri..."

Koes Plus masuk ke dalam list lagu kesukaanku saat SMP. Hal ini tak lepas dari ekstra musik yang kuikuti saat itu, gitar baru yang kumiliki dan lagu-lagu Koes Plus yang "kuncinya gampang".

Selain itu, saat SMP bibit-bibit jiwa pemberontak mulai muncul sehingga aku juga mulai menyukai musik-musik Iwan Fals. Band SMP-ku mengusung lagu-lagu 'Top Forty', artinya aku harus menguasai lagu-lagu oldies semacam 'Teluk Bayur', lagu keroncong semacam 'Dinda Bestari', lagu dangdut seperti 'Surga Dunia', juga 'Top Forty' lain semacam 'Karmila', 'Malam Minggu', 'Selamat Tinggal (Five Minutes)'; Top Forty dalam artian lagu-lagu yang diminati di daerahku saat itu.

Kuda lumping bukan lagi menjadi musik live kesukaanku karena aku lebih suka tampil live dipanggung. Yeah, aku menyukai live-musik-ku sendiri.

"...mengurung diri dalam kamarnya, dan dibilang bunting... (Jamrud)"
"...tampil konyol kayak kami banyak mereka benci namun kutak peduli...aku kan tetap bernyanyi walau dicaci maki nanti bosan sendiri...aku bukanlah pencuri dan bukan tukang judi dan pemakai ekstasi... (Metalik Klinik)"
"...kuingin kau mengerti betapa kumerindukan... (boomerang)"
"...jangan lagi kau dekati diriku... (DOT)"
"...uwooo ooouuwwoo suwit cailt o maaaiiin.... ( sweet child o' mine, Guns N Roses)"
"...oh ibuku, pergi ke pasar... (ska klinik)"
"...dunia belum berakhir... (shaden)"

Yeah, bibit pemberontak sudah tumbuh subur saat SMU. Babon Band adalah nama band-ku saat itu, dengan dua drummer, satu basis, dua gitaris (salah satunya aku yang juga merangkap keyboard plus backing-screaming vokal, heheh), dan banyak vokalis. Yeah, susunannya memang amburadul karena jika ada 'job' tidak semua pasti bisa datang karena malam hari (rumah jauh), atau minggu siang hari (loh); yeah, drummerku kerja minggu di waduk jadi nahkoda perahu wisata.

Kami memang perlu vokalis banyak karena aliran Babon band adalah rock, pop, ska, underground, dangdut. Jadi, seperti di SMP Babon band juga beraliran 'Top Forty', hehehe.

Tiap ada pertunjukkan kuda lumping aku tetap datang namun bukan karena aku kembali menyukai 'musik live gamelan kuda lumping' melainkan 'melihat yang melihat'.

Selain punya band, aku juga direkrut sebagai pemain musik keroncong. Awalnya sebagai gitaris melodi, namun segera ganti posisi karena dianggap melodi-melodiku 'tidak punya feel keroncong' (tentu saja, lihat saja lagu-lagu yang biasa kumainkan).

Kemudian aku disuruh memainkan biola. Seminggu aku berlatih biola di rumah siang hari, gak berani malam hari karena latihan di siang hari pun ibu sudah komentar "Volumenya apa nggak bisa dikecilin? Eneg aku mendengar suara fals biolamu yang kayak orang asma", uh, selain itu volume suara biola tidak bisa dikecilkan sehingga lebih aman latihan siang hari. Pun begitu, dengan alasan yang sudah kita ketahui bersama, akhirnya posisi terakhirku adalah pemain standing bass (aku menolak mentah-mentah posisi walking bass karena menghargai jemariku, sayang kalo melepuh). Di keroncong pemain standing bass bisa memainkannya sambil ngopi ataupun tidur-tidur ayam, nyaman sekali.

"...when marimba rhytm start to play, play with me, make me sway,..."
"...sunyi sepi malam, tanpa sinar bulan
sesunyi diriku sendiri dalam penantian..."
"...volare... Wooouuuwwoooo..."
"...I love you baby..."
"...you just too good to be true, can't take my eyes of you..."
"...kala kupandang kerlip bintang nun jauh di sana..."
"...walau kini engkau telah tiada tak kembali, namun kotamu hadirkan senyummu abadi... (Kla) "
"...setidaknya aku punya wajahmu malam ini... (mbA)"
"...takkan pernah ku berpaling dari cintamu... (DoReMi)"

"Ok, C Cmaj7 C7 F Fm C Dm7 G C"
"Bdim itu yang gini lho" (mas Mamat)
"Bisa ngiringi biolaku pake gitar? Kita tampil di depan rektor memainkan 'Canon in D' (mbak Tutut, dosen Sastra)"
"Eh, gimana kalo intronya kita hajar pake accord G7#9b5 ?" (ngobrol sama Supri tentang lagu 'Guru Indonesia')
"Mas, ini gitarnya fals, gak bisa nggitar, ngantuk, atau memang suaranya 'nyisih' gitu ya?" (komentar mas operator saat rekaman live di studio saat mendengar intro lagu dengan kunci G7#9b5)

Yeah, saat kuliah aku direkrut ke sebuah band beraliran oldies. Sebagai rocker, tentu saja aku kelabakan disodori segunung lagu dengan kunci-kunci aneh. Bayangkan, setelah biasa shredding gitar dengan power chord yang hanya butuh dua jari sekarang aku harus berusaha keras menguasai kunci-kunci dalam posisi aneh yang memerlukan keempat jariku sekaligus, fiuh.

Untunglah aku direkrut sebagai 'tukang melodi', jadi jika jari sudah mulai menyerah maka kuakali dengan melodi-melodi sisipan, hehehe.

Doremi dan mbA band adalah band yang sama. Doremi berformat full akustik sedangkan mbA berformat hm, mungkin amburadul adalah kata yang tepat, bisa akustik, bisa elektrik, bisa diantara keduanya. Band ini mengusung lagu-lagu oldies beraliran pop, latin, rock, dangdut, campursari, keroncong.

Sudah jarang menonton kuda lumping soalnya jarang pulang kampung.

Monday, November 7, 2011

Herbal

Obat herbal

Pernahkah anda perhatikan iklan sejenis obat herbal di tv ataupun yang ditawarkan oleh sales atau tetangga yang tiba-tiba jadi sales dadakan setelah mendengarkan presentasi dari tetangga yang satunya lagi yang juga sales dadakan setelah mendengarkan dari tetangga yang satunya lagi yang.....dst.



Yang sering saya perhatikan adalah: sales obat herbal kurang "menjual". Mereka percaya diri, meyakinkan, namun kurang menjual. Kalo dipikir-pikir, mereka telah menjalankan prinsip-prinsip penjualan dengan baik, namun entah kenapa seperti ada yang kurang pada presentasi-presentasi mereka. Atau mungkin terlalu berlebihan.

Obat-obat yang ditawarkan menurut saya sederhana saja namun dideskripsikan secara rumit. Ada penjelasan tentang kandungan zat, cara mengekstrak zat dari sumbernya, proses kimia pembuatan obat tersebut (hm, herbal? Proses kimia?). Kemudian ada penjelasan (kadang presentasi dalam bentuk power point) dari dokter dan ilmuwan yang berada di belakang pembuatan obat tersebut. Saya rasa saya tidak tertarik dengan deskripsi yang membuat mengantuk macam itu.

Obat yang ditawarkan biasanya adalah obat "penyembuh segala macam penyakit". Saya biasanya berkomentar "wow" sambil pasang wajah kagum, tentu saja sebenarnya tidak sama sekali. Terlalu dipaksakan jika ada sebuah obat seperti itu. Saya selalu menahan diri untuk tidak bertanya (setelah penjelasan tentang khasiat untuk kanker, tumor lumpuh) "bisa menyembuhkan pilek nggak? Untuk menyembuhkan diare gimana dosisnya?"

Kesaksian atau testimoni sangat terlihat dipaksakan. Di tv jelas bisa kita lihat kalo mereka membaca atau menghafal dialog atau didikte. Di brosur akan anda dapati misal seseorang pengidap kanker stadium sangat lanjut sembuh dalam waktu sebulan. Sang sales sendiri biasanya akan memberi kesaksian tetangganya yang sakit super parah hingga dokter angkat tangan ternyata bisa sembuh; juga menyebut beberapa nama orang terkenal yang mengkonsumsinya. Masalahnya adalah, obat tersebut ditawarkan kepada saya yang sehat, hm..., haloo...? Trus mau saya apakan obat itu?

(saya pernah didatangi sepasang suami istri yang presentasi tentang "obat akhir zaman penyembuh segala penyakit" sebesar separuh jari kelingking seharga Rp 100.000. Tentu saja sebagai tuan rumah yang baik mereka disuguhi minuman yang ternyata ditolak oleh istrinya ng berbadan gemuk secara halus. Usut punya usut, lewat pertaynan-pertanyaan pancingan saya, sang istri kelepasan bicara kalo terkena kencing manis, :) ).

Ini bukan sebuah penghujatan atau sejenis itu, hanya semacam keluhan, jadi saya juga memikirkan apa yang seharusnya dilakukan "oknum" sales obat-obat herbal agar tidak dianggap sebgai pembual yang meresahkan (tentu sebagian besar sales yang saya kenal tidak seperti itu).

Lihat dulu latar belakang customer, saya pernah ditawari obat dengan membawa ayat-ayat Qur'an tentang lebah yang menghasilkan madu namun obat yang dijual ke saya bukan madu, weleh. Juga mengklaim bahwa "obat segala penyakit" yang ditawarkan saya itu adalah "obat akhir zaman" yang ada di Qur'an (saya tidak ditunjukkan ayatnya). Bahkan ditunjukkan juga kutipan dari Injil dan Weda (hanya nama kitabnya tanpa ayat). Maksudnya mungkin bagus, mungkin dengan beli obat tersebut bisa mempertebal keimanan, :), mungkin lho ya.

Masalahnya, saya kurang begitu tertarik dengan hal-hal pamer keimanan atau menumpuk pahala atau "mata-pahala-an" (semacam mata duitan) macam itu, jadi kutipan ayat-ayat suci tidak menjadikan saya lantas tertarik membeli. Yang lucu, dengan menyebut kutipan ayat suci agama lain, secara tidak disadari akan menimbulkan persepsi "plin-plan" atau terlalu "toleran" yang justru tidak disukai oleh golongan tertentu.

Tidak perlu mengejar atau memaksa untuk membeli produk walaupun client memang benar-benar memerlukannya karena membuat client merasa sangat terpojok; itu bukan perasaan yang menyenangkan. Anda pasti tidak akan diterima lagi saat membuat janji untuk pertemuan berikutnya.

Tak perlu meminta nomor telepon atau e-mail client kecuali client secara sukarela memberikannya. Client yang diminta nomor telepon atau e-mail akan merasa diikat atau dibayang-bayangi terus oleh anda. Sudah pasti permintaan alamat e-mail disebabkan karena anda akan mengirimi berbagai iklan produk atau presentasi dan client tahu pasti itu; client merasa dicekoki bermacam-macam produk yang menurutnya tidak menarik. Akhirnya saat client benar-benar membutuhkan sebuah produk, dia sudah tidak berminat lagi pada email-email anda yang dia anggap sama saja dengan email-email anda terdahulu yang tidak menarik.

Tak perlu menceritakan terlalu banyak fakta tentang khasiat produk yang anda tawarkan; semacam si anu yang kena tumor super ganas sembuh dalam waktu seminggu. Meskipun fakta tersebut benar adanya, terlalu banyak cerita sukses akan menyebabkan client merasa khasiat produk terlalu berlebih-lebihan sehingga malah tidak akan percaya sama sekali. Jika client sakit sesak nafas, jangan cerita bahwa obat anda bisa menyembuhkan kanker; client membutuhkan obat asma, bukan obat kanker.

Yang paling penting, jangan anggap client seperti anak-anak yang tidak tahu apa-apa dan harus diberi tahu apa yang harus mereka lakukan. Jangan memonopoli pembicaraan, usahakan anda dan client memiliki porsi waktu bicara yang hampir imbang sehingga anda tidak berkesan menggurui (banyak yang tidak suka, walaupun hanya dalam hati).


- Posted using BlogPress from my iPad

Biner

"Hanya ada 10 jenis orang di dunia ini, yaitu yang mengerti biner dan yang tidak."

Banyak yang protes dengan pernyataan tersebut tiap kali saya iseng menulis atau mengatakannya, mereka kemungkinan besar tidak mengerti bilangan biner. Ada yang senyum-senyum karena mengerti. Adapula yang tersenyum namun dengan pandangan menerawang tanpa fokus, menduga-duga apa arti tersembunyi dari pernyataan tersebut.


Bilangan biner hanya terdiri dari dua angka, yaitu nol dan satu. Jika kita biasa menghitung 1,2,3,4,5,6,7,8,9,10 maka di biner kita berhitung 1,10,11,100,101,110,111,1000,1001,1010. Hm, mungkin anda jadi bertanya-tanya, apakah hikayat 1001 malam itu terjadi selama 1001 malam dalam bilangan biner, :) (weleh, berarti cuma 9 malam tok).

Tahun lalu saya juga mendapat banyak komentar saat posting di facebook "Dirgahayu RI ke 1000000 (mode biner)". Yeah, angka 64 di biner menjadi sejuta.

Kenapa bisa muncul sistem biner? Orang gila macam mana yang mau menggunakan bilangan yang cuma ada nol dan satu saja.

Alasan bilangan biner muncul sama dengan bilangan desimal. Bilangan desimal muncul karena manusia memiliki jari berjumlah sepuluh. Ada juga sistem bilangan oktal (terdiri dari angka nol sampai tujuh) yang muncul karena orang berhitung dengan jari dengan jempol sebagai penunjuknya (tetapi jempol tidak dihitung). Sistem biner muncul karena kebutuhan akan adanya hitungan yang hanya terdiri dari dua macam; ada-tidak, benar-salah, gelap-terang, hidup-mati.

Lalu orang gila macam mana yang mau menggunakan sistem biner? Jawabnya adalah orang gila semacam saya dan anda, hehehe. Bilangan biner digunakan pada mesin; mesin hanya mengetahui hidup dan mati (misal, 0 sebagai tegangan 0 V dan 1 sebagai tegangan 5 V)

Sistem biner tidak harus nol satu. Di Contact-nya Carl Sagan misalnya, makhluk luar angkasa berkomunikasi dengan kita menggunakan polarisasi kiri kanan gelombang elekromagnetik untuk mengirimkan kembali siaran TV pembukaan olimpiade di Jerman oleh Adolf Hitler. Jadi bisa saja kita gunakan kiri untuk nol dan kanan untuk satu. Namun bisa saja penggunaan kiri-kanan ini akan menjadi rancu pada operasi boolean, meskipun tidak terlalu serius; misalkan pada pernyataan "the left is right and the right is not right"

(tergerak menulis tulisan ini karena postingan Desi di twitternya)

- Posted using BlogPress from my iPad

Takbir

Yeah, takbir selalu dikumandangkan setiap hari raya idul fitri dan hari raya kurban. Berbagai macam cara dilakukan untuk mengagungkan nama Tuhan di malam sebelum hari raya tersebut. Namun apakah kita benar-benar bertakbir?


Di daerah saya tiap malam hari raya diadakan takbir keliling. Waktu saya masih kecil, mobil masih langka, bahkan mobil pick-up pun merupakan barang sangat mewah, takbir keliling dilakukan dengan jalan kaki. Awalnya kami berkumpul di surau saat maghrib dan mnegumandangkan takbir hingga isya. Setelah isya, setelah terkumpul cukup banyak, dimulailah acara takbir keliling. Rute yang dilewati tentu saja jalan desa yang belum berpenerangan listrik. Walaupun sebagai anak kecil kami sering petak umpet malam-malam tanpa penerangan, saat takbir keliling kami menyempatkan diri membawa obor; hanya aksesoris, toh obor yang kami buat tidak dapat menerangi jalan.

Tentu saja dengan berjalan kaki rute keliling desa sudah lebih dari cukup; mengumandangkan takbir hingga tenggorokan kering, namun puas, warga yang tak ikut takbir meski rutenya kami lewati juga biasanya antusias "melihat", hehehe.

Kini takbir keliling juga tetap dilakukan, tentu saja dengan berbagai kemudahan. Jalan-jalan sudah memiliki penerangan yang memadai, kaki juga tidak begitu pegal karena naik kendaraan bermotor, tenggorokan pun juga tetap nyaman karena yang bertakbir adalah mp3 player dengan sound output enam buah cabinet speaker besar yang diangkut truk dengan listrik dari genset beribu-watt.

Hm, namun apakah kita ikut mengumandangkan takbir? Yang saya lihat pada "takbir keliling" saat ini adalah orang-orang yang berkonvoi berbaju muslim naik kendaraan sambil mengklakson atau membunyikan sirine, ucapan "Allahu Akbar" hanya keluar dari sound system. Bisa dikatakan, sound systemlah yang mengagungkan nama Tuhan, sound system juga mungkin yang dapat pahala, :).

- Posted using BlogPress from my iPad
323f (5) amp (1) android (12) apple (7) arduino (18) art (1) assembler (21) astina (4) ATTiny (23) blackberry (4) camera (3) canon (2) cerita (2) computer (106) crazyness (11) debian (1) delphi (39) diary (286) flash (8) fortran (6) freebsd (6) google apps script (8) guitar (2) HTML5 (10) IFTTT (7) Instagram (7) internet (12) iOS (5) iPad (6) iPhone (5) java (1) javascript (1) keynote (2) LaTeX (6) lazarus (1) linux (29) lion (15) mac (28) macbook air (8) macbook pro (3) macOS (1) Math (3) mathematica (1) maverick (6) mazda (4) microcontroler (35) mountain lion (2) music (37) netbook (1) nugnux (6) os x (36) php (1) Physicist (29) Picture (3) programming (189) Python (109) S2 (13) software (7) Soliloquy (125) Ubuntu (5) unix (4) Video (8) wayang (3) yosemite (3)