Nugroho's blog.

Monday, January 11, 2016

Kembalian



 Ada dua kejadian sedikit mengganjal yang biasa saya alami namun sering berulang sehingga ganjalannya semakin menumpuk dan akhirnya tumbanglah tumpukan itu.

 Pertama adalah es degan bakar.

 Es, ok sudah tahu.

 Degan? Itu kelapa muda.

 Bakar? Yup kelapa muda tersebut dibakar dulu sebelum dikupas.

 Bagaimana hasilnya? Kelapa muda yang dibakar kemudian disajikan dengan es?

 Well, saya lebih suka kelapa muda yang tidak dibakar, dengan atau tanpa es.

 Ganjalannya bukan di situ. Ketika saya masih hampir tiap minggu melakukan perjalanan pulang pergi ke jogja naik motor, saya kadang-kadang mampir tuk beli es degan bakar tanpa dibakar. Ada satu warung langganan saya.

 Bukan karena warung terkenal atau dapat tips dari teman, namun karena warung itu selalu sepi sedangkan yang lain kebanyakan ngantri tuk menikmati kelapa mda yang dibakar dan di kasih es.

 Selalu sepi tiap saya lewat daerah es degan bakar situ, dan akhirnya saya selalu ke warung itu.

 Lha mana ganjalannya? Tak ada yang mengganjal, sepertinya itu cerita yang sangat normal.

 Nah, setiap saya selesai dan membayar, si pemilik warung selalu tidak punya kembalian yang pas. Sehingga saya selalu diberi kerupuk sebagai ganti kembaliannya.

 Satu kali, ok. Mungkin karena warung memang sepi.

 Dua kali, dapat kerupuk lagi.

 Tiga kali, kerupuk (sepertinya ini kerupuk minggu lalu yang gak laku-laku).

 Well, saya gak suka kerupuk. Lagipula, mana ada orang setelah minum es baru makan kerupuk?

 Keempat, ..., kubayar dengan uang pas. Eh malah ditawari kerupuk.

 Ok, gak lagi ke tempat itu. Dan karena yang lain selalu ngantri, gak pernah lagi beli es degan bakar tanpa dibakar.

 Kehilangan satu pelanggan karena tak punya kembalian.

 Ehm, mungkin kehilangan semua pelanggan (yang jumlahnya cuma satu).

 Mungkin dulu ada pelanggan lain yang lari karena hal yang sama.

 Mungkin juga warung itu sepi karena kerupuk.

....

Yang kedua bukan karena kerupuk, karena kerupuk merupakan bagian dari paket sate langganan.

Entah kenapa harga sate di sini selalu nanggung sehingga meski saya beli satu porsi atau dua porsi, jumlah uang besar yang saya berikan selalu memiliki kembalian dua ribu atau seribu.

Dan selalu tidak ada kembalian sehingga penjual berinisiatip untuk "kembaliannya saya bawa dulu ya".

Namun jika saya beli ke tempat itu lagi, "tabungan" saya tidak pernah dihitung.

Tentu saja dengan sedikit ribut saya akan bisa mendapatkan hak saya, namun ada energi, emosi dan tekanan darah yang teraduk-aduk. Jadi biarkan saja.

Tentu saja sedapat mungkin saya selalu mengusahakan untuk tidak beli di situ. Kalaupun terpaksa, saya selalu membawa uang pas, meskipun dengan tambahan tumpukan koin receh.

Saya bukan lagi pelanggan setia di situ. (Saya pelit, :P )

Akhirnya sepi juga.

Hal kecil yang ditumpuk memang bisa fatal.

Tentu saja di sisi lain. Jika kita awalnya hanya memperhitungkan barang dagangan sebagai modal usaha, kita juga perlu menambah "persediaan uang kembalian" sebagai faktor yang penting juga. Pastikan kita selalu punya uang kembalian.

Ehm, satu hal lain. Selama saya beberapa tahun di Jogja, sekecil apapun, saya selalu menerima uang kembaliaan (bukan permen atau kerupuk, atau entah apa itu), meski itu seratus rupiah, di toko atau warung manapun, baik toko besar ataupun kecil. Itu sangat mengesankan.

Prasangka/Prospek/Prevent?


 Pernah menerima broadcast tentang kecelakaan?

 Dengan korban kritis tak sadarkan diri dan telepon genggam tak dapat diakses karena berpassword, yang kita tahu hanya nama dan alamat seadanya dari KTP. Biasanya broadcast tersebut memang dirancanc untuk disebar seluas-luasnya dengan harapan salah satu penerima pesan merupakan kenalan si korban dan segera mengambil tindakan yang diperlukan (menghubungi keluarga, ke rumah sakit, dsb)

 Bagaimana jika korban tersebut adalah kita? Semoga tidak terjadi. Tentu saja kita harus bersiap untuk keadaan seperti itu.

 Pencegahan, tambahkan nomor hp kita dan keluarga di dompet. Agar penolong tahu siapa yang harus dihubungi. Kelemahan model seperti ini, jika dijambret tentu saja pencopet juga tahu nomor kita dan keluarga.

 Perlu kata kunci atau perjanjian dengan keluarga jika sewaktu-waktu ada keluarga ditelepon tentang keadaan kita. Catat nomor telepon kost dan nomor hp beberapa teman dekat dan letakkan di rumah di mana semua anggota keluarga tahu untuk cross-check (jangan ditaruh di dompet)

Tentu saja broadcast seperti itu juga menjadi bahan ide untuk penjahat yang kreatif.


 Bagaimana jika kita dalam posisi penerima broadcast tersebut dan ingin untuk menolong, namun was-was kalo itu adalah modus penipuan?

 Mudah mengidentifikasi penipu atau bukan. Penipu akan minta untuk jangan menelepon atau menghubungi polisi.

 Penipu akan minta untuk menghubungi nomor hp tertentu (yang sewaktu-waktu dapat dibuang), bukan nomor instansi semacam rumah sakit atau kepolisian.

 Penipu juga akan jelas-jelas meminta untuk transfer sejumlah uang, mungkin dengan beberapa alasan yang logis walaupun berputar-putar.

Konsisten


 Sudah sepuluh tahun sejak terakhir kali menyusuri jalanan di Sawojajar

 Segalanya masih tampak sama, tentu saja dengan upgrade di sana-sini, tapi feel Sawojajar yang kurekam bertahun-tahun lalu tetap sama dengan yang terasa sekarang

 Jalan yang kebayakan dilapisi paving kecuali jalan besar yang beraspal mulus

 Perempatan yang hampir ada tiap limapuluh meter. Papan-papan nama jalan "Danau ..."

 Perasaan familier yang sama: "Jangan-jangan kesasar ke Wendit, atau balik lagi ke pintu masuk depan atau ke kuburan Buring..." masih terasa.

 Yeah, semua masih sama.

 Juga kemacetan di Ranu Grati, meski ada peningkatan sedikit. Jumlah kendaraan yang makin membludak menyebabkan antrian di lampu merah dekat jalan masuk yang dulu paling parah dimulai dari jembatan, kini sudah dimulai sejak pompa bensin (yang dulu sering kusinggahi tuk mengisi bensin karena banyak mbak cantik yang bertugas di situ).

 Hawa panas antrian masih terasa sama.

 Ups, ada yang beda sedikit.

 Karena dulu belum ada, maka dulu tidak akan merasakan sensasi ketika sedang asyik ngantri lampu merah sambil menekuk muka tiba-tiba jari-jari kaki terlindas becak motor yang nekat menerobos.

 Dulu belum ada becak motor, bisa menunggu lampu merah sambil menyanyi atau mengumpat hawa panas dengan tenang.

 (masih sakit)

Wednesday, January 6, 2016

All of Me



 All of me, why not take all of me?
 Can't you see I'm no good without you?
 Take my lips, I want to lose 'em
 Take my arms, I'll never use them

 Your goodbye left me with eyes that cry
 How can I go on, dear, without you?
 You took the part that once was my heart
 So why not take all of me?

 Come on and take, take all of me





 Disse alguém que há bem no coração
 Um salão onde o amor descança
 Ai de mim que estou tão sozinho
 Vivo assim, sem esperança

 A implorar alguém que não me quis
 E feliz, bem feliz seria
 Coração meu, convém descansar
 Soluçar mais devagar

 Disse alguém que há bem no coração
 Um salão, um salão dourado onde o amor sempre dança
 Ai de mim que só vivo tão sozinho
 Vivo assim, vivo sem ter um terno carinho

A implorar alguém que não me quis
E feliz então eu sei, bem sei que não mais seria
Meu, meu coração sem esperança
E vive a chorar, soluçar
Como quem tem medo de reclamar

(Laura Fygi "Disse Alguem (All Of Me)")

Salut (Lagi)

 Lewat pertigaan antara Dieng dan Galunggung?

 Di sana ada seorang bapak supeltas yang mengatur kendaraan yang mau menyeberang atau mau terus.

 Beda dengan supeltas lain (mungkin ada yang lebih familier dengan sebutan "Pak Ogah", cepek?), bapa supeltas yang ini jarang menggunakan peluit. Hebatnya, jarang ada yang tidak patuh.

 Mungkin karena gerakannya yang energik, mungkin karena gerakannya yang sopan (gesture-nya sangat "beda" sekaligus menghibur), mungkin karena tidak pernah teriak atau mengumpat, mungkin karena tegas namun ramah (jika ada yang nekat mau menerobos beliau dengan tegas pasang badan sambil bilang "sabar nggih, sabar...")

 Apapun, sungguh menyenangkan melihat pemandangan itu di pagi hari.

 (Mungkin karena gerakan yang energik, atau mungkin karena lalu lintas sudah lengang, jam 9 pagi sudah tidak di situ)

Tuesday, January 5, 2016

Senjata paling ampuh menghadapi tukang debat adalah diam.


 Lihat, jika kita berusaha mengimbangi atau mematahkan argumen dia, kemungkinan besar akan kalah.

 Ada kemungkinan kecil kita bisa mengalahkan dia dalam debat, tetapi apakah sepadan dengan waktu yang habis dan tenaga yang terkuras? Mungkin tidak.

 Hal yang paling hemat energi dalam situasi debat yang menurut kita gak begitu penting adalah diam. 

 Pendebat akan capek sendiri. 

 Bagaimana jika pendebat ngotot minta kita njawab pertanyaan-pertanyaan pancingan dia? Pertanyaan-pertanyaan yang jika dijawab akan membuka pintu debat lebar-lebar

 Dalam situasi ini kita perlu, menambahkan energi sedikit untuk berpikir, sebenarnya apa maunya dia? Dia suka jawaban apa? Dia setuju tentang apa?

 Nah, jika menemukan jawaban, jawab pertanyaan-pertanyaan pancingan/jebakan dengan jawaban yang tidak mungkin didebat. Jawaban-jawaban yang menunjukkan bahwa kita setuju sepenuhnya dengan dia (walaupun kenyataannya lain).

 Nah, dengan jawaban semacam itu, kemungkinan besar kita akan segera lepas dari dia. Apalagi yang akan didebat jika kita sepenuhnya setuju dengan dia? Yup, jangan beri bahan bakar dan amunisi untuk bahan debat dia.

 Tentu saja semua saran di post ini bisa dibalik jika kita ingin efek sebaliknya (misal ketika tiba-tiba kita ingin berdebat habis-habisan dengan seseorang).

 Selamat mencoba, :)
 #edisiError

Sosialisasi

 Internet membuat kita dapat berkomunikasi walau jarak berjauhan. Ingin ngobrol tapi jarak ribuan kilo? Tinggal buka Facebook, Skype, Line, WhatsApp, .... Aplikasi-aplikasi berlomba-lomba untuk menyuguhkan fitur yang diinginkan pengguna sekaligus menyingkirkan fitur yang dianggap merepotkan.

 Masih ingat Koprol? Platform media sosial berbasis lokasi buatan Indonesia yang diakuisisi Yahoo? Yeah, mungkin ada yang malah baru dengar sekarang.

 Kenapa tidak begitu bisa bersaing? Begini, Koprol memiliki fitur semacam check-in ke suatu tempat sehingga bisa mengobrol dengan orang orang di tempat tersebut. Misal check-in ke sebuah kampus, kafe atau sekedar tempat pemancingan.

 Awalnya memang tampak menjanjikan, kita bisa dapat kenalan baru atau ngobrol dengan teman yang berada di tempat yang sama.

 Eh, tetapi fungsi lokasi Koprol agak kurang dapat diterapkan, mungkin karena dia lahir prematur. banyak pengguna Koprol yang menggunakan komputer/laptop sehingga check-in ke sebuah loasi dilakukan secara manual, hal yang aneh karena kita bisa saja check in ke sebuah kafe padahal kenyataannya sedang di kamar  kost.

 Bagaimana dengan pengguna smartphone? Saat Koprol rilis, masih jarang ada smartphone degan fungsi lokasi (GPS, aGPS, ...); fitur check-in tetap dilakukan secara manual.

 Ada satu yang mungkin meleset juga dari tujuan internet atau sosial media (menghubungkan dua orang yang berjauhan secara maya). Jika kita berada di lokasi yang sama, kenapa harus ngobrol secara online? :)

 (Tentu saja sekarang banyak pasangan atau serombongan sahabat yang duduk di meja kafe dan asyik dengan gadget-nya masing-masing tapi itu soal lain)

 Mungkin juga timing kelahiran yang terlalu cepat sehingga Koprol kurang banyak peminat (atau banyak peminat namun tak punya sarana). Dan seingat saya fitur check-in koprol tidak dapat otomatis: misal datang ke sebuah warung dan Koprol otomatis check-in di situ, atau setidaknya menawarkan untuk check-in. (Belakangan fitur ini muncul di aplikasi FourSquare).

Atau...


(abaikan)

(gak penting)

#edisiError
323f (5) amp (1) android (12) apple (7) arduino (18) art (1) assembler (21) astina (4) ATTiny (23) blackberry (4) camera (3) canon (2) cerita (2) computer (106) crazyness (11) debian (1) delphi (39) diary (286) flash (8) fortran (6) freebsd (6) google apps script (8) guitar (2) HTML5 (10) IFTTT (7) Instagram (7) internet (12) iOS (5) iPad (6) iPhone (5) java (1) javascript (1) keynote (2) LaTeX (6) lazarus (1) linux (29) lion (15) mac (28) macbook air (8) macbook pro (3) macOS (1) Math (3) mathematica (1) maverick (6) mazda (4) microcontroler (35) mountain lion (2) music (37) netbook (1) nugnux (6) os x (36) php (1) Physicist (29) Picture (3) programming (189) Python (109) S2 (13) software (7) Soliloquy (125) Ubuntu (5) unix (4) Video (8) wayang (3) yosemite (3)